Ritual Adat Perdamaian Tujuh Marga Marind Tegaskan Insiden TNI AU dan Steven Usai

MERAUKE, – Ritual rapat adat yang sakral telah ditunaikan oleh TNI AU dalam hal ini Komandan Lanud Johanes Abraham Dimara, Kolonel Pnb Agustinus Gogot Winardi bersama ketua dan pengurus Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Kabupaten Merauke, tokoh masyarakat Marind atau Malind Anim, Johanes Gluba Gebze, tokoh adat, tokoh masyarakat, Pemerintah Kabupaten Merauke, Polres Merauke di Mako Lanud JA Dimara, Merauke, Papua, Sabtu (14/8/21).

Pantauan Sorongnews.com, Tujuh marga Marind atau Malind Anim yakni Gebze, Mahuze, Kaize, Balagaize, Samkakai, Basik-basik, dan Ndiken mengumpulkan totem berupa kelapa, sagu, pisang, pinang, wati, tebu, ubi sebagai simbol mewakili setiap marga.

Kemudian, tokoh adat Marind menyerahkan dua totem yakni kelapa dan sagu kepada Danlanud Dimara untuk dipanggul dipundak orang nomor satu dijajaran TNI AU Merauke. Dilanjutkan, prosesi toki babi oleh masyarakat adat.

Ketua melalui Wakil ketua LMA Kabupaten Merauke, Yohanes Mahuze mengemukakan, rapat adat sebagai tindak lanjut dari silaturahmi dan permohonan maaf pihak TNI AU kepada Steven beserta keluarga tanggal 28 Juli 2021 lalu kini sudan selesai.

“Kami punya cara menyelesaikan masalah seperti ini. Kalau belum seperti ini, belum selesai. Ini merupakan acara puncak ditanah malind, sudah selesai,” tegasnya.

Dikatakan, TNI AU melalui KASAU juga sudah memohon maaf kepada seluruh masyarakat Papua karena insiden yang terjadi di Merauke.

“Pada hari ini juga kami orang Marind anim yang mendiami tanah ini kami ucapkan pintu maaf telah terbuka. Dengan proses ini semua sudah selesai dan (insiden, red) tidak boleh dibesarkan-besarkan lagi,” lugas Yohanes Mahuze.

Dikesempatan itu, Danlanud Kolonel Png Agustinus Gogot W. memanggul totem dan memegang tebu sebagai tiang sakral mengucapkan terima kasih kepada orang marind yang telah memberikan wadah ritual adat untuk menyelesaikan permasalahan.

“Ini luarbiasa buat kami. Ijin bersilaturahmi kepada LMA dan masyarakat, kami sudah diterima dengan adanya adat ini. Insiden yang sangat kita sesalkan karena merobek martabat harga diri rasa kemanusiaan kita semua. Untuk itu, kami sangat terharu sebelum kami meminta maaf, bapak-bapak disini sudah membuka pintu maaf,” tuturnya penuh haru.

Namun, sambung pria tegas dan disiplin ini, kewajiban dengan segala kerendahan dan ketulusan hati melalui ritual sakral secara protokol kesehatan, memohon maaf sebesar-besarnya atas insiden yang terjadi dan tidak akan terulang lagi.

“Kami seluruh warga Lanud JA Dimara mohon maaf sebesar-besarnya pada seluruh masyarakat di Merauke. Semoga kita semua mendapatkan berkat dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita bisa sama-sama membangun tanah malind anim ha,” ungkap Danlanud.

Dikesempatan yang sama, Wakil Bupati Merauke, H. Riduwan mengatakan, semua yang hadir menjadi saksi perdamaian dan insiden TNI AU dengan Steven telah selesai. Kebersamaan yang tinggi orang di tanah anim ha telah membuktikan Merauke istana damai, cinta kasih. Motto ‘Izakod bekai izakod kai (satu hati satu tujuan’ yang digagas tokoh malind anim Johanes Gluba Gebze telah tertanam dalam diri masyarakat Merauke.

“Merauke adalah Indonesia mini. Semua diterima disini tanpa perbedaan, hanya akal budi lah yang membedakan setiap insan. Insyaallah mewakili pemda, saya mengapresiasi semua pihak atas terselenggaranya ritual adat ini. Semoga COVID 19 pun segera berlalu,” terang wabup.

Sementara itu, tokoh masyarakat Malind Anim, John Gluba Gebze menjelaskan, cara berdamai orang marind bukan hanya pada oknum namun yang berdamai adalah tujuh marga lewat simbol-simbolnya mempersembahkan acara adat diatas tanah ini.

“Hari ini dengan adat ini, kita mau bersihkan duri dan bara api. Supaya jangan orang hidup ditanah marind, dia injak duri lalu luka dan terbakar kakinya. Kita sudah bersihkan dengan adat, duri dan bara api keluar dari tanah ini menjadi tanah yang aman dan damai,” tegasnya.

JGG, sapaan akrabnya, mengajak semua membersihkan fikiran, hati dan mulut agar tidak berkata kotor, menghujat, mengusik apapun.

“Membawa damai lewat tebu, pisang, kelapa, wati, ubi, dan semua makanan. Kalau kau sudah damai, makanlah dengan suka cita supaya damai ikut bersenyawa. Kita menjadi agen/pelaku kedamaian, menghidupkan semua tanpa terkecuali,” beber mantan bupati dua periode ini yang juga tokoh selatan Papua.

Menurutnya, mulut adalah karunia Tuhan sehingga digunakan yang baik, bukan untuk mencaci. Imbuh JGG, falsafah orang Marind adalah sebagai tuan rumah damai dengan suara yang sejuk.

Dalam setiap proses, Sorongnews.com melihat Steven kini justru sangat dekat dengan Komandan beserta jajaran Lanud DMA. Gayanya dengan langkah tegap pun berubah drastis layaknya seorang anggota TNI yang penuh ramah. (Hida)

Komentar