SORONG, PBD – Siang itu terik matahari menembus hingga keubun-ubun, semua tamu undangan yang hadir harus menunggu sekitar 2 jam. Jarum jam telah menunjukan pukul 12.00 WIT, acara syukuran tajak sumur eksplorasi Buah Merah di kampung Pusutiligum, Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong dimulai pada Senin 29 April 2024 lalu, belum bisa dimulai karena harus menghormati tuan tanah, pemilik ulayat Yosias Idik dan Meriana Ulimpa.
Kapolsek Klamono, Ali Sadikin, Kadistrik Klamono, Oktovianus Kolin dan Kadistrik Klasafet, Femmy Ketherina Momot terlihat sibuk memegang HP mereka untuk menghubungi Yosias dan Meriana. Selang berapa lama, Yosias dan Meriana beserta keluarga besar tampak mendekati tenda berukuran sedang, tempat syukuran akan dilaksanakan.
Seperti melihat oase di padang pasir, kehadiran Yosias dan Meriana langsung disambut pejabat Pemerintah provinsi, Pemerintah daerah, SKK Migas dan Pertamina EP.
Acarapun dimulai, diawali dengan doa, Doa dibawakan oleh seorang ustad dengan keyakinan muslim dan Meriana Ulimpa membawa doa dalam keyakinan Nasrani dengan bahasa Moi yang kental. Usai doa dan restu dari masyarakat adat yaitu marga Idik, Mamaringgofok dan Klawom syukuran tajak sumur eksplorasi Buah Merah di kampung Pusutiligum, Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong dimulai dengan pemotongan tumpeng dan diakhiri dengan menari bersama. Tari Yembo, salah satu tarian suka cita warga setempat dalam menyambut sebuah harapan baru.

Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku Subagyo menjelaskan bahwa sumur BMR-001 akan dibor secara berarah (directional) menggunakan BMS#01 Land Rig berkekuatan (750 HP) dengan rencana kedalaman akhir sumur 455 meter measured depth (mMD) dan durasi pekerjaan ditargetkan selama 49 hari. Pemboran sumur eksplorasi ini dimaksudkan untuk menguji dan mengevaluasi potensi kandungan migas yang terdapat pada Formasi Kais, dengan estimasi cadangan minyak sebesar 11.22 MMBO.
Sejak 15 September 2021, telah dilakukan Proses Pengadaan Tanah dan upacara adat Sumur ekplorasi Buah Merah (BMR-001) bersama pemilik hak Ulayat. SKK Migas-KKKS Pertamina EP membutuhkan waktu 3 tahun lebih dalam komunikasi dan koordinasi bersama PT.HIP (pemilik lahan kelapa sawit). Tentu tidak terlepas dari dukungan dan sinergitas dari Pemerintah daerah Provinsi Papua Barat Daya dan Kabupaten Sorong bersama Forkompinda daerah, yang dapat melakukan Tajak Sumur BMR-001.
“SKK Migas terus mendorong program pengeboran sumur eksplorasi di kawasan timur Indonesia, karena potensi cadangan minyak dan gas besar saat ini berada dikawasan tersebut. Pemboran sumur eksplorasi sumur Buah Merah (BMR-001) di Kepala Burung adalah dalam rangka untuk mengoptimalkan potensi minyak dan gas di Papua Barat Daya dalam menemukan sumber cadangan migas untuk menambah produksi dan mendukung pemenuhan kebutuhan nasional,” kata Subagyo.
Subagyo menambahkan kesiapan industri hulu migas untuk mendukung peningkatan cadangan migas nasional melalui pemboran sumur eksplorasi yang lebih masif dan agresif di tahun ini. Target pemboran sumur eksplorasi di wilayah Pamalu tahun 2024 sebanyak 8 sumur.
Subagyo juga mengingatkan agar dalam menjalankan persiapan dan menerapkan strategi pelaksanaan kegiatan pemboran sumur senantiasa selalu mengedepankan aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L), agar operasional berjalan dengan lancar dan pemboran sumur BMR-001 dapat membuahkan hasil yang baik, sehingga dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan migas secara nasional serta mendukung pencapaian target produksi minyak 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.
Vice President Exploration Regional Indonesia Timur Dedi Yusmen mengatakan pengeboran eksplorasi ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam meningkatkan cadangan dan upaya memenuhi kebutuhan migas yang semakin tinggi, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri di Papua Barat Daya, serta mendukung pencapaian target produksi migas nasional.
“Pertamina Regional Indonesia Timur akan terus menjalankan operasi migas yang selamat dan unggul sehingga dapat memberikan kontribusi secara signifikan dan berkelanjutan bukan saja kepada negara, tapi juga masyarakat sekitar,” ujar Dedi.
Dedi berharap upaya pengeboran sumur eksplorasi BMR-1 merupakan bagian dari program kerja Pertamina untuk mencapai target perusahaan khususnya Pertamina Sub Holding Upstream Regional Indonesia Timur untuk terus berupaya menemukan cadangan-cadangan migas baru. Ia mengapresiasi dukungan yang diberikan para pemangku kepentingan.
“Dengan dukungan penuh dari pemangku kepentingan, baik forkompimda maupun hak ulayat, aktivitas operasi perusahaan dalam mencari dan memproduksi migas berjalan lancar dan selamat, serta kebutuhan energi di Indonesia dapat terpenuhi,” ujar Dedi.
Tak hanya masyarakat adat dan pemerintah yang suka cita menyambut tajak sumur buah merah, sejumlah warga lokal pun turut bahagia karena mereka dapat bekerja sebagai pekerja disana.
Salah satunya, Perempuan asli Papua, Marteda Framuwati Salossa yang biasa disapa Teda itu sudah menanti pengeboran di tanah kelahirannya.
Sebelumnya, Teda perempuan lajang kelahiran Ayamaru berusia 29 tahun itu harus mengadu nasib di luar Papua. Usai kuliah di Jogja, Ia menanti pekerjaan di tanah kelahirannya di Sorong. Namun Tuhan belum menakdirkan. Ia harus bekerja sesuai bidang yang diambilnya semasa kuliah teknik elektro arus kuat di tanah Jawa.
“Ada kerinduan dan impian Saya, bisa pulang mengabdi sesuai keahlian di tanah kelahiran. Puji Tuhan sejak lulus kuliah setelah bekerja di luar Papua, pada tahun 2022 Saya bisa kembali ke tanah kelahiran di Sorong untuk ikut pengeboran pertama di sumur Kilometer 24 Kabupaten Sorong dan tahun 2024, Puji Tuhan bisa lanjut di sumur buah merah ini,” ungkap Teda.
Sebagai seorang perempuan, Ia mengaku tidak banyak hambatan saat bekerja disebuah pekerjaan yang mayoritas pekerjanya adalah kaum Pria, karena semua pekerjaan menurut Teda bisa dijalani oleh Perempuan yang penting halal.
Ia pun mengajak generasi Papua lainnya, untuk mengembangkan diri, membuka wawasan, pengetahuan, jaringan dan pergaulan yang positif. Hindari pemikiran dan doktrin yang selalu berpikir pekerjaan hanya menjadi ASN, atau politisi karena masih banyak peluang kerja yang membutuhkan skill dan keahlian dari generasi Papua.
“Ade, Kaka, Pace, Mace, mari cari pekerjaan yang masih terbuka peluang kerjanya, seperti di Industri Hulu migas. Tren aktivitas pengeboran di wilayah Papua masih menjadi harapan. Jangan terjun ke dunia pemerintahan saja, tapi mari kita siapkan skill, jangan patah semangat, kalau gagal coba lagi. Tuhan punya cara untuk kita yang punya niat baik membangun bangsa,” tutup Teda optimis.
Ia berharap, dengan kegiatan industri hulu migas di Papua dapat menjadi efek berganda dengan terbuka luas lapangan pekerjaan di industri hulu Migas.
Hal ini diperkuat oleh Kepala Distrik Klasafet, Femmy Ketherina Momot, Ia mengaku ada sekitar 20an warga Distrik Klasafet yang direkrut dalam pengerjaan sumur bor buah merah.
“Selain tenaga kerja masyarakat juga dibantu, dimana mereka punya bahan pangan sayur-mayur bisa dibeli untuk katering pekerja. Sebagian juga dikerjakan sebagai tenaga keamanan, sehingga kami jamin keamanan di sumur ini,” ucap Femmy.
Mewakili pemerintah daerah, Ia berharap dengan adanya eksplorasi sumur buah merah, produksi minyak yang dihasilkan bisa maksimal, agar dapat berdampak pada perekonomian masyarakat dan daerah Kabupaten Sorong juga provinsi Papua Barat Daya. (Olha Irianti)
Komentar