SORONG,- Dalam rangka pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di provinsi Papua Barat tahun 2022, UNICEF beserta Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat melaksanakan media briefing dengan mengajuk tema ‘Ayo sehatkan keluarga, lewati pandemi dengan imunisasi lengkap’.
Seperti diketahui bersama, Pandemi COVID-19 mengakibatkan cakupan imunisasi rutin lengkap anak diseluruh wilayah di tanah air menjadi begitu rendah. Dimana, sebanyak 800 ribu anak di seluruh wilayah tanah air ini berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio.
Berdasarkan update data dari Kementerian Kesehatan RI, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) telah menurun secara signifikan sejak awal pandemi СOVID-19, dari 84,2% pada tahun 2020 menjadi 79,6% pada tahun 2021.
Hal tersebut disampaikan, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ( P2P ) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Nurmawati kepada sejumlah wartawan di salah satu hotel di kota Sorong, Papua Barat, Rabu sore (20/4/22).
Dikatakannya, pada wilayah Provinsi Papua Barat, cakupan imunisasi dasar lengkap juga mengalami penurunan sejak pandemi СOVID-19 selama 2 tahun terakhir, yakni dari 84,1% pada tahun 2019 turun menjadi 66,4% di tahun 2020 dan 60,4% pada 2021. Tentunya penurunan IDL tersebut sangat berisiko terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31). Untuk kasus PD31 di Papua Barat, kasus positif campak atau Rubela masih ditemukan hampir di setiap tahunnya.
“Penilaian resiko campak Nasional, Papua Barat menjadi provinsi dengan risiko sangat tinggi. Pada tahun 2018 dan 2019, Papua Barat juga mengalami KLB Difteri dimana terdapat kematian kasus akibat difteri pada tahun 2018 dan 2019. Selain campak dan difteri, menurut penilaian resiko polio nasional, Papua Barat merupakan provinsi dengan risiko tinggi,” kata dr. Nurmawati.
Disambungnya, penurunan cakupan imunisasi rutin baru-baru ini, telah disebabkan oleh berbagai faktor termasuk gangguan rantai pasokan, aturan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, dan berkurangnya ketersediaan tenaga kesehatan, yang menyebabkan penghentian sebagian layanan vaksinasi pada puncak pandemi COVID-19.
Dimana disebutkannya, menurut survei Kementerian Kesehatan dan UNICEF pada tahun 2020, menemukan bahwa setengah dari orang tua dan pengasuh yang disurvei menemukan hasil yakni beberapa orang tua dan pengasuh enggan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan.
“Beberapa orang tua dan pengasuh enggan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan, dikarenakan takut tertular terhadap COVID-19 serta khawatir mereka terkait tidak ada protokol kesehatan yang tepat,” bebernya.
Dimana dr. Nurmawati memaparkan saat ini, pemerintah terus menerus berupaya memulihkan cakupan yang hilang akibat gangguan kegiatan imunisasi terkait COVID-19, dengan menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) ditahun 2022 ini.
Disambungnya, didalam pelaksanaan BIAN nantinya, terdapat dua kegiatan utama yakni imunisasi tambahan dengan pemberian satu dosis imunisasi campak rubella yang diberikan kepada anak umur 9 bulan sampai 12 tahun serta kegiatan imunisasi kejar dengan pemberian satu atau lebih jenis imunisasi akan diberikan kepada anak berusia 1-5 tahun untuk melengkapi status imunisasi yang belum lengkap ketika masih bayi atau berumur dibawah 1 tahun.
“BIAN nantinya terdapat dua kegiatan utama yang akan dilaksanakan, BIAN di Papua Barat akan dilaksanakan mulai mei hingga juni 2022 diseluruh wilayah Provinsi Papua Barat, dengan pelayanan imunisasi selama BIAN akan diberikan di Puskesmas, Posyandu, PAUD, TK/RA, dan SD/MI,” jelasnya.
Selain itu, disebutkan dr. Nurmawati bahwa terkait sasaran BIAN di provinsi Papua Barat, untuk imunisasi tambahan campak dan rubella pada usia 9 bulan-12 tahun sebanyak 231.444 anak dan imunisasi kejar dengan sasaran usia 1-5 tahun diperkirakan sebanyak 24.416 anak dengan sasaran terbanyak berada di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong.
Pada kesempatan yang sama, diharapkannya imunisasi yang akan dilaksanakan ini sebagai salah satu kemajuan paling signifikan dalam dunia kesehatan dan pembangunan global dalam pencegahan dari berbagai penyakit yang dapat menyerang serta bahaya kematian pada anak, sehingga dirinya mengajak seluruh seluruh komponen untuk memahami bahwa imunisasi tidak hanya melindungi individu saja, akan tetapi dapat membentuk herd immunity, namun hal tersebut dikatakannya bisa tercapai jika capaian imunisasi di suatu daerah tinggi dan merata.
“Kami sangat mengharapkan dukungan para pemangku kepentingan, stakeholder serta masyarakat, menyukseskan pelaksanaan BIAN 2022 ini, memastikan setiap anak mendapatkan hak imunisasinya, sehingga menjadikan anak-anak diwilayah Papua Barat lebih sehat dan terlindung dari penyakit berbahaya, jangan ragu datangi pos imunisasi yang akan disediakan,” tutupnya. (Jharu)
Komentar