Konsep dari proyek pembangunan open access RU VII Kasim ini adalah membuka pintu masuk crude oil dari luar daerah untuk diolah di kilang RU VII baik crude dari luar negri maupun dari dalam negri. Sehingga perlu dibangun beberapa fasilitas di RU VII seperti, pembangunan jetty dengan kapasitas 50.000 DWT sehinga kapal dengan kapasitas 200.000-250.000 barrel crude oil dapat bersandar di jetty tersebut, selain itu juga akan dibangun 4 buah tangki berkapasitas masing-masing 110.000 Barrel dengan total 440.000 Barrel, sehinga ketahan crude oil kilang RU VII adalah sebesar 40 hari.
Setelah pembangunan jetty dan tangki crude oil tersebut, Pertamina juga memiliki rencana jangka panjang pengembangan kilang RU VII dari kapasitas awal 10.000 BPSD dan harapannya dapat dikembangkan hingga 50.000 BPSD, sehinga kilang RU VII bisa menjadi barometer pembangunan energi untuk wilayah Indonesia timur.
Kilang Kasim juga merupakan satu-satunya kilang yang ada di Indonesia timur dan berkontribusi aktif untuk pemenuhan BBM wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Perlu diketahui bahwa pemenuhan BBM di wilayah timur Indonesia oleh kilang RU VII Kasim masih sangat rendah yaitu sekitar 10-20%, sedangkan kekurangannya masih disupply dari kilang RU V Balikpapan. Ini merupakan salah satu hambatan dan juga peluang buat RU VII, karena pangsa pasarnya sangat besar bagi RU VII.
“Jika sekarang sumbangannya 10-20% harapannya nanti bisa 100% cukup dari RU VII, sehinga bisa memacu pembangunan di kawasan timur Indonesia (KTI),” terang Yulianto.
Harapannya masyarakat bisa mendapatkan multiplier effect dari pengembangan kilang RU VII, baik pada pengembangan masyarakatnya, pengembangan ekonomi masyarakat, serta harapannya dapat bersama saling bahu membahu membangun Papua dan Papua Barat. (Oke)
Komentar