SORONG SELATAN, PBD- Berbagai cara terus dilakukan oleh Pemerintah untuk menuntaskan angka anak yang tak bersekolah dan putus sekolah di Repulik Indonesia. Kabupaten Sorong Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki angka terbanyak anak tak bersekolah berdasarkan hasil penelitian Tim Universitas Negeri Papua (UNIPA).
Hasil data tersebut menunjukkan bahwa ada sebanyak 7.000 penduduk usia sekolah yang tidak menyelesaikan sekolahnya hingga tamat.
Bupati Kabupaten Sorong Selatan Samsudin Anggiluli, saat ditemui media di Distrik Konda menerangkan bahwa berdasarkan penelitian itulah Pemerintah Kabupaten Sorsel mendirikan Sekolah Sepanjang Hari (SSH).
“SSH bermula dari penelitian Tim Unipa yang diketuai oleh Agus Smule kemudian merekomendasikan 15 Kecamatan dan 121 Kampung di daerah kami, yang dimulai dari SD Inpres 11 Konda sebagai bahan uji atau pilot project untuk Sekolah Sepanjang Hari (SSH),” ucap Bupati Sorsel, Sabtu (2/12/23).
Ujarnya, distrik ini terpilih karena ketersediaan listrik air dan internet meskipun akses jalan yang belum cukup memadai, namun daerah tersebut tetap dijadikan sebagai pilot project dan selama 2 bulan sejak bulan Oktober-November perkembangan anak-anak luar biasa.
Dimana pada sekolah ini bukan saja mata pelajaran yang diajarkan tetapi juga kedisiplinan dan keterampilan. Pelajar mulai masuk sekolah sejak pukul 06.30 WIT diselingi waktu sarapan, makan siang dan belajar hingga pukul 17.00 WIT.
“Saya pastikan berkembang sebab dibulan Oktober dari kelas 1-6 kami datangi dan melihat mereka agak susah memahami, tetapi tadi setelah bertatap muka kembali sungguh luar biasa anak-anak lebih aktif dan berani untuk menjawab pertanyaan dari guru,” katanya.
“Sehingga ini akan kami dorong terus bahwa tahun depan akan dibangun fasilitas sarana prasarana yang memadai, agar anak-anak kami khususnya OAP akan selesai dengan memperoleh kesuksesan dimasa depan sebab memiliki dasar pondasi yang kuat,” sambungnya.
Menurut Orang Nomor Satu di Kabupaten 1.001 Sungai ini, meningkatkan kualitas pendidikan di tanah Papua harus memiliki model tersendiri sehingga karakter anak-anak dapat terbentuk mulai dari kepintaran, kesehatan dan kedisiplinan waktu.
“Sebab jika hari ini kita masih mengikuti model sekolah seperti sediakala, Saya berpikir karakter dari anak-anak tersebut akan tetap terus seperti itu apalagi 85% hidup dikampung, jadi SSH hadir guna membentuk karakter dan meningkatkan kemampuan cara berpikir agar menjadi cerdas,” ungkapnya.
Baginya, tugas utama Pemerintah tidak saja mengurus pemerintahan namun bersentuhan langsung dengan masyarakat dan mendengar keluhan hati lebih mulai dibanding berdiam dalam ruangan ber-AC.
“Kita harus turun langsung ke lapangan apalagi menyangkut pendidikan anak-anak dibangku Sekolah Dasar jika tidak dipupuk baik hari ini maka akan berakhir tidak baik pula dimasa depan, sebab mengingat tahun emas pasti datang maka anak-anak OAP harus disiapkan terlebih dahulu melalui pendidikan,” bebernya.
Ia bilang, program ini akan terus berlanjut sebagaimana yang telah dimulai dari Distrik Konda, kemudian besok Tim dari UNIPA akan turun ke beberapa kecamatan di Kabupaten Sorong Selatan untuk mengecek Sekolah Dasar mana yang akan dilanjutkan lagi SSH nya.
Terkait dengan infrastruktur di tahun 2024 akan dilakukan pembenahan mulai dari penyediaan rumah guru, ruang makan, ruang komputer, toilet, kamar mandi, dan dapur untuk penyajian makanan anak-anak.
“Tahun depan semua akan kami arahkan kegiatan-kegiatan fisik ke Distrik Konda untuk membangun termasuk pembangunan jalan, sebab lahan telah dibebaskan dari pemilik hak ulayat untuk Pemerintah untuk dilakukan pengembangan pembangunan SSH,” tandasnya.
Bupati Sorong Selatan ini menambahkan, di SSH semua kami fasilitas mulai masuk sekolah sampai dengan pulang jadi sepanjang jam sekolah perut tetap terisi, agar terus fokus menerima pelajaran tanpa harus pulang ke rumah saat jam istirahat tiba karena mereka telah diberi makan.
Perlu diketahui jumlah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sorong Selatan terdapat 90 SD, Samsudin harap program SSH bisa tersebar secara menyeluruh dan semua SD dipastikan akan melakukan SSH.
Sekolah Sepanjang Hari bersumber dari dana Otsus yang menggratiskan biaya setiap anak, sehingga melalui program mulia ini diharapkan dapat meringakan beban orangtua terutama masyarakat di Distrik Konda yang mayoritasnya sebagai para Nelayan. (Melinda Waa)
Komentar