Lihat Adat Bugis di Merauke Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Masjid Nuraeni Taufan Merauke

MERAUKE, PAPUA SELATAN – Dewan Kesejahteraan Masjid Nur’aeni Taufan menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriyah/2023, Kamis (28/9/23) siang.

Pantauan Sorongnews.com, ada yang unik pada peringatan maulid nabi Muhammad SAW di Masjid Nur’aeni Taufan yang terletak di Jalan GOR Kabupaten Merauke Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Ditengah-tengah jama’ah yang hadir, berjejer ember maulid yang dihias cantik. Berisikan makanan dan minuman mulai dari ketan putih, lauk pauk, telur, kue dan berbagai variasi lainnya.

Usai bersholawat dan mendengarkan tausiah dari Ustadz Drs. KH Sido M. Shadiq, Gr, panitia memberikan ember maulid tersebut yang dijadikan salah satu simbol berkah Maulid Nabi Muhammad SAW kepada jamaah yang hendak pulang. Baik jamaah dari lingkungan masjid sekitar ampera maupun undangan pengurus masjid dari Kurik dan Spadem.

“Pemberian ember maulid ini salah satu bukti cinta kita kepada nabi dengan bersedekah. Masyarakat mewujudkan itu sebagai apresiasi dan mengamalkan nilai-nilai sedekah,” tutur Ustadz Drs. KH Sido M. Shadiq, Gr kepada Sorongnews.com disela-sela kegiatan.

Pimpinan Pondok Pesantren DDI Lampu Satu Merauke ini menjelaskan, ember maulid merupakan implementasi perpaduan adat bugis tradisional dan modern.

Jaman dahulu, orang Bugis membuat nasi kuning dibungkus daun pisang dan dibuat 6 sudut saat peringatan maulid Nabi. Artinya, rukun iman ada enam.

Didalam daun pisang selain nasi kuning, berisikan ayam, telur dan lain-lain. Adapun filosofinya, nasi kuning adalah emas, telur adalah bulatkan tekad iman. Namun, nasi kuning dibalut daun pisang itu kini diganti ember kecil berisikan beras ketan yang telah dimasak yang disebut sokko.

“Ada banyak filosofinya tapi sudah banyak kita tinggalkan dijalan modern. Bahkan, jaman dulu diacara maulid itu ibu-ibu syaratnya harus suci dan bersholawat sepanjang membuat nasi kuning,” ungkap KH Sido.

Ia mengapresiasi Dewan Masjid Nur’aeni Taufan yang rutin setiap tahun menggelar tradisi maulid Nabi dengan perpaduan antara adat tradisional Bugis dan modern.

Dimana masyarakat Bugis lebih mengenal peringatan maulid nabi dengan istilah Ma Maulu.
Sokko pada acara ma maulu tersebut merupakan hasil akulturasi budaya masyarakat bugis dengan ajaran Islam. Dipercaya sebagai simbol yang mengandung falsafah hidup dan nilai-nilai keislaman.

Telur dimaknai sebagai simbol kehidupan. Bentuknya yang bulat melambangkan dunia tempat kita menjalani hidup. Selain itu, telur juga dimaknai sebagai simbol kemandirian.

“Sangat bagus kita budayakan kepada masyarakat. Sebenarnya, untuk kita mengikuti kehidupan rasulullah yang gemar bersedekah,” tegasnya.

KH Sido berpesan kepada umat islam di Merauke agar terus mengamalkan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sosial masyarakat.

“Apalagi dalam masyarakat plural perlu mencontoh cara kehidupan rasulullah SAW sehingga rasa kasih sayang itu terbangun, cinta damai terwujud dan sebagainya. Islam sebagai rahmatan lil alamin, hanya bisa terwujud atas cinta dan menerapkan yang diajarkan rasulullah,” tandasnya. (Hidayatillah)

Komentar