Jambore Masyarakat Adat PBD 2025 Resmi Dibuka: Dari Adat Kita Menata, Dengan Iman Kita Melangkah

SORONG, PBD – Jambore Masyarakat Adat Papua Barat Daya tahun 2025 resmi digelar bertempat disalah satu hotel di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Senin (11/8/25).

Pelaksanaan Jambore Masyarakat Adat Papua Barat Daya tahun 2025 dibuka secara langsung oleh Gubernur PBD Elisa Kambu ditandai dengan penabuhan tifa secara bersama-sama.

Jambore Masyarakat Adat PBD itu turut dihadiri Majelis Rakyat Papua (MRP), jajaran pimpinan perangkat daerah di lingkup Pemprov PBD, pimpinan Forkopimda di lingkup Pemprov PBD, TNI-Polri, Lembaga Masyarakat Adat (LMA), para Kepala Adat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat serta lapisan masyarakat lainnya.

Diketahui, Jambore Masyarakat Adat PBD ini mengajuk tema ‘Dari Adat Kita Menata, Dengan Iman Kita Melangkah, Bersama Pemerintah Kita Membangun’.

Dalam pelaksanaan Jambore Masyarakat Adat Papua Barat Daya tersebut, dirangkaikan pula dengan pembacaan puisi adat dengan tagline Sekapur Sirih – Pepatah Tetua Adat, dengan mangajuk tema ‘Rajut Nyaman Tenun Kebangsaan’ yang dibawakan Ketua LMA Kota Sorong PBD Fatra M. Soltief.

Dalam sambutannya, Gubernur PBD Elisa Kambu mengatakan bahwa Jambore Masyarakat Adat ini sebagai pertemuan yang spesial lantaran mempertemukan para penjaga tanah dan negeri masyarakat adat.

“Kita bangga punya adat, istiadat dan keturunan yang terus melestarikan kehidupan. Di tengah tantangan dunia yang berubah, Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk menghormati dan menjaga adat,” ujar Gubernur PBD Elisa Kambu.

Dirinya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat adat, khususnya panitia penyelenggara yang telah mempersiapkan agenda besar ini. Ia mengajak seluruh peserta untuk menjadikan forum ini sebagai ruang musyawarah dari hati ke hati demi kesepakatan strategis yang bermanfaat untuk pembangunan dan pelestarian budaya.

“Momentum ini bukan semata-mata kita yang menentukan, tetapi karena doa, air mata, dan pergumulan kita bersama. Mari duduk bersama, berbicara dari hati, mengedepankan musyawarah, dan mempertahankan adat istiadat kita,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Panitia, Frangky Umpain menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan jambore, pihaknya telah membuka Mimbar Aspirasi di berbagai kompleks dan sekolah untuk menghimpun masukan dari masyarakat. Dari aspirasi tersebut lahir konsep Doa Papua, sebuah ruang diskusi bagi orang asli Papua untuk membicarakan kepentingan daerah secara mendalam.

“Kami ingin jambore ini menjadi ruang evaluasi masyarakat adat. Sebelum ada agama dan pemerintah, adat sudah ada. Inilah yang menjadi dasar kami bergerak. Ini jambore adat pertama, belum pernah dilakukan di daerah lain,” kata Ketua Panitia Frangky Umpain.

Ia menekankan pentingnya bersama-sama mendorong generasi muda agar tetap memandang adat sebagai nilai luhur yang relevan di masa kini.

Dipaparkannya bahwa, Jambore ini diikuti sekitar 60 kepala suku dari total 80 kepala suku terorganisir di Papua Barat Daya, ditambah 24 kepala suku dan tokoh adat lainnya.

Ia menambahkan, Jambore Masyarakat Adat PBD ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi adat, namun penegasan kembali peran masyarakat adat sebagai subjek pembangunan. Melalui tema besar yang diusung, panitia berharap seluruh pihak dapat bersinergi menjaga warisan budaya, memperkuat iman, dan membangun negeri bersama pemerintah.

“Kalau kami tidak urus adat 15 tahun lalu, kami tidak akan berada di posisi hari ini dan Adat memberi jalan,” tandas Anggota DPRP Otsus PBD itu.

Pelaksanaan Jambore Masyarakat Adat Papua Barat Daya ini direncanakan digelar selama dua hari, terhitung sejak Senin (11/8/25) hingga Selasa (12/8/25) besok. (Jharu)

Komentar