English Club SMP Istianah : Dari Asrama dan Sekolah Gratis Hingga Latihan Bareng Bule Australia

SORONG, PBD – Senyum Dianne Fitzgerald merekah ketika kembali menginjakkan kakinya di kompleks Istiana, senyumnya semakin lebar ketika melangkah masuk ke ruang English Club SMP Istianah Terpadu, Arteri Kota Sorong, Papua Barat Daya, Kamis (2/10/25).

Matanya berbinar melihat puluhan anak duduk rapi, siap menyambut kehadirannya. “Good morning, everyone!” sapanya riang, disambut serentak suara anak-anak: “Good morning!”

Dianne, perempuan paruh baya asal Australia, bukanlah sosok asing bagi Sorong dan Raja Ampat. Mantan psikolog itu memilih menghabiskan enam bulan waktunya di Papua Barat Daya dan enam bulan di negaranya. Bukan untuk liburan semata, memenuhi hobi diving dan fotografi bawah laut melainkan untuk berbagi dengan anak-anak, termasuk mereka yang tinggal di panti asuhan.

I came first in here 2019, Six years and and many changes have taken place. I strongly support the English Club and hope the children here will become more proficient in English and become the best generation. The children here warm my heart. They have an incredible passion for learning, despite their limitations,” ujar Dianne dalam bahasa Inggris yang fasih dan penuh rasa syukur.

Dihari itu, English Club terasa begitu hidup. Anak-anak satu per satu maju berbicara dengan bahasa Inggris sederhana. Ada yang gugup, ada pula yang percaya diri. Salah satunya, seorang siswa bernama Imanuel. Dengan langkah ragu namun mantap, ia maju ke depan kelas.

Ia menatap teman-temannya. “Let us pray,” ucapnya dalam bahasa Inggris, sebelum memimpin doa singkat dengan suara bergetar. Seluruh ruangan hening, hanya doa polos seorang anak berambut keriting dan berkulit hitam ini yang terdengar.

Seusai doa, Imanuel tersenyum malu. Tapi ketika ditanya cita-citanya, matanya bersinar penuh keyakinan.

I want to playing football,” tutur Imanuel mantap saat ditanya Dianne.

Kepala SMP Istianah Terpadu, Nurjanna Halik, menjelaskan sekolah tersebut adalah sekolah umum dibawah yayasan Istiana. Dimana salah satu kegiatan ekstra kurikulernya adalah English Club diinisiasi berkat dukungan seorang rekan dari Australia yang menjadi native speaker sekaligus mentor bagi siswa.

“Alhamdulillah, sejak awal beliau bersedia mendukung program ini. Bahkan setiap semester, beliau hadir untuk memberikan motivasi dan praktik langsung bersama siswa,” ungkap Nurjanna.

Menurutnya, kegiatan ini sangat penting karena anak-anak di era modern harus benar-benar menguasai bahasa Inggris, baik sebagai ilmu maupun keterampilan.

“Kami ingin siswa tidak hanya belajar teori, tapi juga praktik langsung dengan native speaker. Jadi tidak perlu mencari turis di jalan, bule justru datang ke sekolah kami untuk menguji kemampuan anak-anak,” tambahnya.

Program ini juga dirancang inklusif. SMP Istiana Terpadu menyiapkan asrama bagi siswa dari keluarga tidak mampu maupun yatim piatu, sekaligus membebaskan mereka dari biaya tambahan.

“Belajar bahasa Inggris tidak harus mahal. Ini sudah menjadi kewajiban kami sebagai sekolah untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak,” jelas Nurjanna.

English Club di sekolah ini memang berbeda. Bukan hanya untuk murid dari keluarga mampu, tapi juga terbuka bagi anak-anak dari kalangan kurang beruntung dan penghuni asrama, semuanya gratis.

“Sebagai sekolah yayasan, Kami ingin setiap anak punya kesempatan. Baik yang mampu atau tidak mampu secara ekonomi. Disini semua digratiskan, mulai dari asrama, sekolah semua digratiskan. Intinya anak Indonesia harus berpendidikan tidak boleh putus sekolah. Kalau tidak ada uang untuk sekolah silahkan datang kesini dan bersekolah disini,” ungkap Nurjanna.

Siang itu, ruang kelas sederhana di Sorong menjadi saksi pertemuan hangat antara seorang perempuan Australia dan anak-anak Papua. Ada harapan, ada mimpi, dan ada keyakinan bahwa dengan belajar bahasa Inggris, pintu dunia akan terbuka lebih lebar bagi mereka.

“Kami disini bukan hanya untuk ilmu pengetahuan tapi juga skill. Salah satunya skill berbahasa Inggris. Alhamdulillah lulusan dari sini sudah bisa memiliki skill yang cukup dan setiap lulusan akan diberikan sertifikat penghargaan bagi yang memiliki kemampuan berbahasa inggris, sertifikat juga membubuhkan tanda tangan native speaker,” lanjut Nurjananah.

Terlihat english club berjalan sangat antusias, selain Dianne bertanya ke siswa. Siswa juga bertanya ke Dianne dengan bahasa Inggris terbata-bata. Mereka senang ketika harus berdialog langsung dengan Bule Australia.

Pada kesempatan tersebut, Dianne kembali menyumbangkan sejumlah buku berbahasa Inggris yang akan digunakan siswa untuk lebih memantapkan berbahasa inggris. (Oke)

Komentar