MANOKWARI,- Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Papua Barat tengah mendalami kasus dugaan tindak pidana korupsi dana hibah Angaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2018 dan Tahun Anggaran 2019 senilai Rp6,1 Miliar.
Saat dikonfirmasi kepada Direktur ditreskrimsus Polda Papua Barat Kombes Pol. Romylus Tamtelahitu, melalui Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Pol. Adam Erwindi, membenarkan adanya pemeriksaan yang tengah dilakukan Ditreskrimsus kepada Komunitas Anak Wondama Abdi Lingkungan (KAWAL).
Kabid Humas juga mengatakan, Ditreskrimsus tengah melaksanakan pemeriksaan terhadap anggaran hibah Penananganan Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi Dana Hibah APBD Provinsi Papua Barat untuk KAWAL pada BPKAD Provinsi Papua Barat TA. 2018, Perubahan TA. 2018 dan TA. 2019 senilai Rp 6,1 Milyar.
KAWAL dalam kurun waktu Tahun 2018 dan 2019 telah mendapatkan dana Hibah Provinsi Papua Barat sebesar 6,1 M sebanyak 3 (tiga) kali diantaranya :
1) Tanggal 27 April 2018 sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah)
2) Tanggal 11 Desember 2018 sebesar Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
3) Tanggal 26 Juni 2019 sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah).
“Sesuai dengan Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari APBD dijelaskan bahwa pertanggung jawaban dana hibah Wajib sudah harus diserahkan paling lambat tanggal 10 Bulan Januari tahun berikutnya, namun fakta yang terjadi Organisasi KAWAL baru melaporkan pertanggung jawaban penggunaan dana hibah TA. 2018 dan 2019 kepada BPKAD Provinsi Papua Barat pada tanggal 1 Desember 2021” ujar Kabid Humas.
Terdapat pula belanja dan kegiatan fiktif dalam surat pertanggung jawaban (SPJ) Dana Hibah Komunitas Anak Wondama Abdi Lingkungan (KAWAL) serta tidak disertai dengan bukti pendukung yang sah dan lengkap, dana tersebut diberikan pemda setempat dengan tujuan untuk program kesehatan kebidanan yang meliputi kegiatan pemeriksaan hingga melahirkan.
Kepada pelaku nantinya akan dijerat pasal 2 ayat (1) dan/atau 3 Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dan ditambah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
“Rencana tindak lanjut, kini tengah menunggu hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN) dari BPK RI dan akan dilaksanakan Gelar Perkara untuk Penetapan Tersangka,” tutup Kabid Humas. (Rolly/oke)
Komentar