SORONG, – Tidak ada orang tua yang berkeinginan anaknya terlahir dengan keadaan keterbatasan seperti bibir sumbing. Hanya orang tua pilihan Tuhan yang bisa membuat mereka begitu kuat merawat dan membesarkan anak-anak Mereka. Suasana inilah yang terlihat di bangsal kelas 2 RSUD Sele Be Solu.
Sejumlah orang tua dengan setia mendampingi anak-anak mereka yang akan menjalani operasi Bibir Sumbing dan celah langit mulut, Jumat (3/12/210). Dengan penuh kasih sayang, mereka menemani anak mereka, mulai dari yang masih Bayi bahkan yang beranjak Remaja.
Jora Piter, Salah satu orang tua yang berasal dari Timika nampak menemani anaknya yang sedang beristirahat di kamar rawat inap. Dengan penuh kasih sayang Ia mengusap lembut kepala anak perempuannya yang berusia 4 tahun. Mengenakan pakaian berwarna kuning, Brigita terlihat tertidur lelap dengan mimpi indahnya. Sesaat lagi, Ia akan memiliki bibir seperti teman-teman pada umumnya.
Jora mengisahkan bahwa Ia datang jauh-jauh dari Timika, setelah mendapat kabar dari saudara yang tinggal di Sorong terkait operasi bibir sumbing gratis. Ia pun memesan tiket untuk dirinya, anaknya, isteri dan satu orang adiknya yang juga hendak dioperasi. Sayang, pertama kali mendapatkan kabar tersebut, operasi Bibir Sumbing ditunda akibat belum mengantongi izin dari Satgas Covid-19.
“Terpaksa tiket kami kembalikan dan hangus. Tapi kami tetap optimis demi kesembuhan putri Kami,” ujar Jora.
Pasien lainnya adalah Nur Rohmawati, Perempuan berusia 14 tahun ini terlihat ceria ditemani Ibunya Sri Koriah di bangsal kelas 2 RSUD Sele Be Solu. Sri Koriah sambil tersedu menceritakan nasib anak ketiganya itu. Ia merasa ikhlas saat Tuhan menitipkan anak laur biasa seperti Nur pada dirinya. Sejak lahir, Nur terlahir dengan bibir sumbing. Pada usia kelima, Nur menjalani operasi bibir sumbing dan kini bibirnya normal seperti orang pada umumnya. Sayangnya, terkendala biaya, Nur harus menanti operasi gratis celah langit mulutnya selama 9 tahun disaat usianya kini berusia 14 tahun.
“Dulu Dia (Nur) bersekolah sampai kelas 6 SD saja, tapi habis itu tidak bersekolah lagi karena ngomongnya tidak jelas. Dia malu sama teman-teman sebayanya. Saya berharap operasi ini bisa berhasil dan anak saya bisa seperti teman-temannya. Terima kasih untuk dokter-dokter dan semua yang membantu kami,” isak Sri disamping putri tercintanya.

Sekitar jam 2 siang, seluruh pasien dan pendamping menuju lantai dua RSUD Sele Be Solu, Usai makan siang, satu per satu dokter dari Yayasan Surabaya CLP Center memperkenalkan diri, menggunakan kaos panjang berwarna kuning lemon, ditangan merekalah nasib 32 pasien akan berubah.
Ketua Surabaya CLP Center, DR. dr. Lobredia Zarasade, Sp. BPRE (KKF) dalam keterangannya mengatakan bahwa kedatangan mereka karena diundang sejumlah organisasi kemasyarakatan di Kota Sorong. Dimana ada 17 personil yang datang dari Surabaya yang akan menangani pasien Bibir Sumbing, yaitu 4 dokter spesialis bedah kecantikan, dokter anastesi, perawat bedah, perawat anastesi dan psikolog.
Ditemui terpisah, disela-sela pemeriksaan kesehatan pasien, dr. Lobredia mengungkapkan bahwa kerjasama Surabaya CLP Center dengan sejumlah organisasi di Sorong adalah kali kedua. Dimana operasi pertama dilakukan tahun 2019 dengan 28 orang pasien dan kali kedua dilakukan tahun 2021 dengan jumlah pasien 32 orang. Pelaksanaan operasi sendiri ditargetkan akan dilakukan selama dua hari yaitu Jumat (3/12) dan Sabtu (4/12).
“Terkait keberhasilan, seharusnya 100 persen. Namun ada faktor yang bisa mempengaruhi, misalnya gizinya kurang atau ada infeksi, tapi ini kecil sekali kasusnya. Selain itu operasi ini juga bertahap. Operasi pertama bibirnya dulu, dianjurkan pada saat anak usia 3 bulan sampai 5 tahun, sedangkan langit-langit mulut dianjurkan usia minimal setahun dan gusi minimal 9 tahun. Kalau operasi bibir bisa normal, hanya kalau usia sudah lewat untuk langit-langit, akan mempengaruhi suara. Suaranya tetap sangau,” terang dokter Lobredia.
Sementara itu, Vinni Elvina selaku kordinator dan panitia lokal mengatakan bahwa operasi bibir sumbing ini sempat terkendala pandemi Covid 19. Dimana seharusnya dijadwalkan pada tahun 2020 namun baru dapat dilaksanakan tahun 2021 karena telah mengantongi izin satgas Covid 19.
“Untuk pelaksanaan operasi sendiri kami tetap menerapkan protokol kesehatan, oleh karena itu mengapa dibatasi sekali, satu pasien satu pendamping dan semuanya sudah menjalani tes bebas Covid-19,” terang Vinni.
Ia pun mengatakan bahwa kegiatan bakti sosial bibir sumbing dilatar belakangi niat kebaikan dan berbagi kasih sejumlah organisasi kemasyarakatan yang ada di Kota Sorong kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Kegiatan ini didukung oleh RSUD Sele Be Solu, yayasan budi luhur, KKSS, Pemuda merah putih, Sedekah Rombongan, IKKS, RRI, Polres Sorong Kota, Yayasan Media Group, Smile Train dan Surabaya CLP Center,” ujar Vinni.

Ketua IKKS, Donald Rajaguguk kepada sorongnews.com merasa senang bahwa IKKS dilibatkan dalam kegiatan bakti sosial. Sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan yang aktif di media sosial khususnya Facebook, Ia membantu menyebarluaskan informasi baik tersebut kepada masyarakat dan dari 36 orang yang mendaftar ada 32 orang yang mengikuti operasi gratis bibir sumbing.
Ia berharap operasi gratis bibir sumbing dapat dilakukan tiap tahunnya, karena jumlah orang yang membutuhkan masih sangat banyak.
“Terbukti dari Timika, Fak-Fak dan Manokwari sampai datang ke Sorong untuk mengikuti operasi ini. Belum lagi dari daerah sekitar Sorong Raya, masih banyak yang membutuhkan,” ujar Donald.
Sekretaris Yayasan Budi Luhur, Suriano Buyung dan Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), Syamsudin Johan dalam sambutannya mengatakan bahwa mereka sangat mendukung kegiatan bakti sosial tersebut karena selama diberikan kenikmatan sehat, harus berbuat kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain. (Oke)
Komentar