Didalam Support medical kit tersebut, berisi sejumlah Handsanitizer, Masker, sarung tangan karet dan suplemen. Bukan sekedar isinya yang bermanfaat, tapi kepedulian serta dukungan dari Industri hulu migas ini menjadi semangat Saya untuk terus bekerja diawal masa Pandemic.
Bukan sekali itu saja, beberapa kali, melalui pekerja hulu Migas, Saya dan teman-teman jurnalis lainnya kebagian masker. Apalagi saat harga masker di wilayah Sorong tembus Rp250.000 per pack atau Rp6.250 perlembarnya.
SKK Migas dan KKKS sejak awal Pandemic hingga memasuki tatanan hidup baru atau new normal terus membagikan perhatian kepada masyarakat terdampak. Kepala Perwakilan SKK Migas Papua–Maluku, Rinto Pudyantoro dalam setiap kesempatan selalu menekankan agar seluruh KKKS yang beroperasi di Provinsi Papua Barat dapat membantu pemerintah daerah dalam menghadapi penyebaran virus Corona selama masa Pandemic maupun disaat tatanan hidup baru.
Seperti yang dilakukan oleh SKK Migas pada 6 Mei 2020 lalu, disaat SKK Migas bersama KKKS memberikan alat bantuan kesehatan dan alat peraga komunikasi pencegahan Covid 19 di Kabupaten Teluk Bintuni. Dimana pada awal Mei, Teluk Bintuni telah dinyatakan sebagai Zona merah dengan ditemukannya beberapa kasus Covid 19 dari cluster Gowa.
Atau seperti yang dilakukan tiga Srikandi asli Papua, Dolmince Karsau, Magdalena Dimara dan Donabela Ayatanoi yang bekerja dibagian Kehumasan SKK Migas. Mereka bertiga, senantiasa focus dan berkomitmen dalam Program Pengembangan Masyaakat (PPM) yang bertujuan untuk menyebarkan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan Covid 19 dan menghadapi New Normal.
Dalam satu waktu bincang-bincangnya bersama Saya, Dolmince Karsau atau yang akrab disapa Kak Dolly mengatakan bahwa sebagai perempuan, apalagi perempuan pekerja, beban kerja dimasa Pandemic memang terbilang lebih tinggi. Karena semua aktifitas pekerjaan, sekolah anak, rumah tangga kemudian menjadi satu. Sehingga perlu dukungan antar sesama Perempuan dalam melewati masa pandemic Covid 19.
Komentar