SORONG, – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, menggelar pelatihan Remote sensing. PelatihanĀ berlangsung di Kota Sorong, Senin, (25/10/21).
Kegiatan pelatihan penginderaan jarak jauh (remote sensing), dalam aplikasinya bertujuan untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Fokus utama pengelolaannya adalah sektor kehutanan.
Peserta dalam pelatihan ini berasal dari BBKSDA Papua Barat dan pemerintah daerah, baik Kota Sorong, Kabupaten Sorong dan Raja Ampat.
Output yang diharapkan dalam pelatihan ini berupa kemampuan memetakkan data dari tekhnologi remote sensing. Yang akhirnya akan mempermudah dalam pengambilan data, serta data yang dihasilkan lebih akurat. Dengan tingkat akurasi mencapai 90 persen.
Software yang digunakan dalam pelatihan di desain khusus untuk penginderaan jarak jauh. Dari software yang digunakan, peserta dapat menghitung luas area gangguan.
Selain itu, peserta juga dilatih untuk mengoperasikan drone yang dapat melihat luasan daerah gangguan. Seperti yang pernah dilakukan di Cagar Alam Teluk Bintuni dan Kabupaten SorongĀ Selatan.
Wahyu salah satu perserta pelatihan berharap, setelah pelatihan selesai Dia bisa menjadi pendongkrak bagi instansinya, dan bisa meneruskan ilmu yang didapatkan kepada teman sekantornya.
Sementara itu, Manager CI Indonesia perwakilan Papua Barat, Yance De Fretes menjelaskan bahwa pelatihan ini sangat penting sekali dalam memanfaatkan informasi teknologi informasi untuk membuat perencanaan dalam observasi sumber daya alam papua barat. Dalam melakukan perencanaan ini, CI memanfaatkan alat canggih dalam perencanaan pengawasan sumber daya alam melalui aplikasi software.
“Software dalam pelatihan ini sengaja di desain khusus untuk bagaimana selama kita menggunakan penginderaan jarak jauh, hal ini menjadi data kita dapat ambil bagamaimana menghitung luas area gangguan dalam kesiapan materi, bagaimana kesiapan menggunakan drone serta dapat melihat luas area daerah gangguan itu juga kan dari kesiapan materi. Hal terpenting adalah bagaimana menggunakan untuk melakukan pemetaan dari survei potensi hutan kehutanan maupun juga di beberapa zaman atau kawasan konservasi dari salah satu peserta mereka mengharapkan kegiatan ini tidak serta-merta dilupakan, hal ini menjadi implementasi penggunaan alat-alat canggih ini,” terang Yance.
Ia berharap usai pelatihan, peserta dapat melakukan pemetaan.
“Jangan seperti pelatihan-pelatihan pada umumnya lah selesai pelatihan pinternya pada hari itu aja gitu besok-besok pas dibuka lagi, lupa kemudian malas membaca modul. Kami berharap setiap peserta yang ada pada saat pelaksanaan pelatihan ini menjadi pendongkrak pendongkrak bagi instansi-instansi nya agar dia mau meneruskan ilmu yang dia dapatkan, serta untuk teman-temannya di kantor supaya kedepannya dalam hal pengelolaan data itu satu sumber,” harap Yance. (Riq/Oke)
Komentar