SORONG,- Senin 8 Oktober 2022, menjadi hari bahagia tersendiri bagi SD YPPK Willy Brodus Kota Sorong. Tepat 65 tahun, sekolah itu didirikam. Hari bahagia tersebut dirayakan dengan syukuran bersama para orangtua murid, pihak yayasan serta beberapa tamu undangan lainnya.
Diusia yang lebih dari setengah abad, pihak sekolah bersama komite memiliki harapan besar kepada Pemerintah Kota Sorong, untuk turut membantu merenovasi beberapa ruangan yang sering terdampak banjir, disaat musim penghujan.
Kepala Sekolah SD Willy Brodus I, Rahmawaty, saat ditemui dalam perayaan HUT menuturkan, SD Willy Brodus I dan II banyak memiliki prestasi. Akan tetapi disaat hujan besar turun air seringkali membanjiri bangunan lama, sehingga terlihat kumuh.
“Saat banjir datang air bisa sampai satu setengah meter, kena bangku-bangku, meja dan semua habis kemudian lumpurnya tinggi sekitar 10 cm,” ucap Rahmawaty.
Ia berharap kepada pemerintah, untuk memberikan bantuan bangunan juga tenaga guru. Sebab sekolah hanya memiliki 18 guru, 14 guru honorer yang dibayar oleh yayasan, sedangkan pegawai negeri berjumlah 4 orang.
Sementara itu, Ketua Komite SD Willy Brodus I, Septinus Kambu mengatakan bahwa sekolah ini adalah sekolah tertua di Kota Sorong. Telah banyak menghasilkan siswa-siswi yang berhasil, baik pada bidang Birokrasi Politik juga wirausaha.
” sekolah yang berlatar belakang yayasan itu dapat membiayai dirinya, yang berasal dari penerimaan siswa. ini tidak cukup kalau hanya keterlibatan biaya dari para orang tua murid, dengan begitu sentuhan Pemerintah sangat penting,” ungkap Ketua Komite.
Ia menjelaskan, Dana Otsus yang dialokasikan untuk pendidikan di Papua Barat cukup besar, Sekolah SD Willy Brodus memiliki murid yang rata-rata OAP, dimana persentasenya sekitar 70%.
“Sekolah sudah menyiapkan lahan untuk bisa dibangun oleh pemerintah, kalau bisa Pemerintah bantu sekolah ini agar bisa menambah beberapa ruang belajar”, terangnya.
Ia berharap, ada langkah serius dari pemerintah untuk memperhatikan pembangunan SD Willy Brodus, selain itu juga guru sebagai sarana pendidikan serta keterbatasan lain seperti komputer yang hanya memiliki 7 unit, sementara siswa kelas 1 sampai 6 belajar mata kuliah TIK. (Mewa)
Komentar