“Dari situ, saya berusaha mencari informasi lengkap dengan mendatangi kantor Grab di Jayapura dan mulai bergabung sebagai merchant partner GrabFood pada Februari 2020, dan selang 2 bulan, saya memberanikan diri membuka restoran kecil di daerah Polimak. Memasuki masa pandemi, hampir tidak ada yang datang untuk makan di restoran kami. Namun, saya dan istri tidak terlalu khawatir karena restoran tetap bisa mendapatkan pendapatan dari pesanan online. Saya juga tetap bisa mempertahankan 6 pegawai yang saya pekerjakan,” tambah Satrio.
Peningkatan kualitas hidup melalui teknologi inklusif turut dirasakan oleh Sugiyati (50). Menggunakan layanan Grab membuat ia banyak belajar mengenai teknologi yang sebelumnya tidak dimengerti. Awalnya ia hanya berjualan kebutuhan pokok di tokonya yang diberi nama Irfan Kios. Toko yang berlokasi di Pasar Lama Abepura tersebut melayani hampir 24 jam setiap harinya demi melayani kebutuhan pelanggan di Jayapura.
“Saya mencoba mengembangkan warung kelontong ini dengan menjadi mitra agen GrabKios. Sejak 2017, saya bisa berjualan produk digital seperti pulsa dan paket data. Selain itu, saya juga dapat melayani transaksi keuangan digital seperti layanan kirim uang. Layanan ini membantu lebih banyak pelanggan yang kebanyakan adalah pedagang di Pasar Lama Abepura. Mereka bisa langsung mentransfer uang hasil pendapatan hariannya dengan lebih mudah tanpa perlu pergi ke bank yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi pasar,” ungkapnya.
Menggunakan layanan Grab membuat Sugiyati banyak belajar mengenai teknologi yang awalnya tidak dimengertinya. Dia pun jadi lebih paham cara mengelola keuangan dengan lebih efisien. Sugiyati pun sangat senang bisa membantu banyak orang lain menabung dan menggunakan layanan keuangan digital. “Bisa ada puluhan orang yang tiap hari melakukan transfer uang ke Kios saya, dan karena di sini buka 24 jam, jadi mereka bisa transaksi kapanpun dan tidak perlu jauh-jauh atau antre di ATM atau Bank,” jelasnya.
Hadirnya teknologi inklusif di Jayapura, juga turut membantu perekonomian masyarakat yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi COVID-19. Di tengah pandemi, Dwiki Pahlevi (30) harus kehilangan pekerjaan utamanya. Beruntung sebelumnya ia sudah membuka On Air Kios yang khusus menjual aksesori kebutuhan smartphone sebagai pekerjaan sampingan. Awalnya, ia hanya membuka kios tersebut setiap malam untuk mendapatkan penghasilan tambahan, dimana ia berjualan dari mobilnya di sekitar Pasar Hamadi.
Komentar