SORONG, PBD – Inspirasi tidak selalu lahir dari panggung besar. Kadang ia tumbuh perlahan, dari rak buku sederhana, taman baca kecil dan tangan-tangan kuat relawan yang bekerja dengan penuh keyakinan.
Dari sanalah Dayu Rifanto memulai perjalanannya. Tak bayak yang tahu, Dayu Rifanto memulai langkahnya bukan dengan janji besar, melainkan dengan keyakinan sederhana bahwa pendidikan merupakan jalan paling manusiawi untuk mengubah masa depan.
Lahir dan besar di Nabire Papua, Dayu mengenal betul keterbatasan akses pendidikan yang masih dirasakan banyak anak di bumi cendrawasih, tanah Papua.
Alih-alih mengeluh, Ia memilih untuk terus bergerak tanpa batas. Dayu tumbuh dengan kesadaran bahwa ketimpangan akses pendidikan menjadi persoalan yang terus menghantui dan itu nyata adanya.
Melalui kilauan kacamata yang dikenakannya, Dayu melihat dan memandang sendiri bagaimana keterbatasan bahan bacaan membuat banyak anak kehilangan kesempatan mengenal dunia yang lebih luas.
Kesadaran itu terus tumbuh, hingga akhirnya pada 2012, Dayu merintis sebuah gerakan kecil bernama Bukuntukpapua (BUP).
Bukuntukpapua namanya, nama sederhana namun penuh makna, sebuah gerakan penggalangan buku untuk anak-anak dan taman baca di Papua.
Lewat media sosial, gerakan ini berkembang pesat. Buku demi buku dikirimkan ke berbagai daerah di Papua, menjangkau anak-anak yang sebelumnya sulit mengakses bacaan berkualitas. Tanpa disadari, langkah kecil itu menyalakan api inspirasi bagi banyak orang.
Gerakan Bukuntukpapua ini menyebar hingga saat ini tanpa strategi besar, tanpa sorotan berlebih namun dengan dampak yang begitu nyata.
Seiring perjalanan waktu, kontribusi Dayu tidak berhenti pada pengiriman buku. Ia mendirikan TBM PinjamPustaka, sebuah taman baca yang menjadi ruang nyaman bagi anak-anak untuk membaca, berdiskusi dan bermimpi.
Bersama para relawan, Dayu turut membangun Komunitas Beasiswa Timur, yang mendampingi anak-anak muda Papua dan Indonesia Timur dalam mempersiapkan diri meraih pendidikan tinggi melalui berbagai program Beasiswa.
Sebagai praktisi Human Resources dan konsultan pengembangan SDM, Dayu memanfaatkan keahliannya untuk membimbing generasi muda, mulai dari mengenali potensi diri, menyusun CV hingga mempersiapkan diri menghadapi seleksi beasiswa dan kerasnya persaingan dunia kerja.
Dayu percaya bahwa akses pendidikan harus dibarengi dengan kesiapan mental dan keterampilan yang mumpuni. Tak kenal letih, Dayu terus mendorong generasi muda Papua agar berani bermimpi lebih besar.
Pengalaman akademiknya yakni alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Magister Manajemen Universitas Diponegoro dan kini menempuh program doktoral Pendidikan Masyarakat di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjadi bekal kuat dalam jalan pengabdiannya. Ilmu yang ia peroleh selalu dituai kepada sekitarnya.
Penghargaan Sorong News Award II Tahun 2025 yang diterimanya sebagai Tokoh Pendidikan Inspiratif bukanlah puncak perjalanan, melainkan penanda bahwa kerja-kerja sunyi di bidang literasi memiliki arti besar.
Penghargaan itu Dayu dedikasikan untuk para relawan, komunitas dan semua pihak yang percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari hal sederhana, baik dari sebuah buku dan kemauan untuk berbagi.
Dari Timur Indonesia, Dayu Rifanto terus berjalan, mengantar buku, menumbuhkan harapan dan merawat mimpi anak-anak Papua agar suatu hari mereka bisa menulis kisah hidupnya sendiri dengan lebih berani dan tentu bermanfaat bagi sekitar serta menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Seperti yang dikisahkan oleh Anita Yesubut dan Saneri Korwa, relawan Literasi yang bekerja dalam diam tanpa upah sepeserpun. Mereka berterima kasih kepada Dayu yang telah menjadi inspirasi bagi mereka anak-anak asli Papua untuk memiliki mimpi setinggi langit. Bukan soal Asli Papua atau bukan asli Papua, tapi bagaimana menjadi berkat, menabur manfaat di tanah Papua yang Indah. (Jharu)












Komentar