SORONG, PBD – Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa sekolah di Kota Sorong menuai sorotan tajam. Sejumlah orang tua dan siswa dari SDIT Daarul Fikri Cendekia (DFC), Km 10, Kota Sorong, Papua Barat Daya, menggelar aksi protes pada Rabu (17/9/25) kemarin.
Aksi protes itu sebagai bentuk kekecewaan terhadap kualitas makanan yang diberikan dalam program MBG tersebut.
Dalam aksi yang berjalan damai, para siswa tampak berbaris rapi sambil membentangkan sejumlah poster berisi keluhan. Diantaranya bertuliskan Stop Bagi Makanan Basi, Tolong Perhatikan Kualitas Makanan, MBG = Makanan Bergizi Gratis, Bukan Makanan Basi Gratis, hingga Jangan Bagi Makanan Tidak Layak Dimakan.
Kepala SDIT Daarul Fikri Cendekia Kota Sorong Khairul Mufid angkat bicara menanggapi aksi tersebut. Ia mengonfirmasi bahwa kejadian tersebut benar adanya dan aksi dilakukan secara spontan oleh sejumlah siswa dan orang tua.
“Iya, aksi itu benar. Dilakukan oleh beberapa orang tua dan siswa. Penyebabnya karena hari itu memang ada lauk berupa ikan yang menyebabkan gatal. Setelah diketahui ramai di grup kami, saya langsung instruksikan guru-guru untuk mengecek dan tidak mengedarkan lauk tersebut ke siswa,” ujar Kepala SDIT DFC Kota Sorong Khairul Mufid melalui sambungan telpon kepada Sorongnews.com, Kamis (18/9/25).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pihak sekolah mengambil inisiatif untuk mengganti lauk bermasalah itu dengan makanan dari luar.
“Kami langsung mengganti lauk tersebut, tidak kami edarkan ke santri. Kami beli lauk pengganti dari luar,” terangnya.
Ia membeberkan bahwa pihak sekolah telah berkomunikasi langsung dengan pihak penyelenggara dapur terkait insiden tersebut. Meski tidak semua sekolah menerima penarikan makanan, pihak SDIT DFC memilih tetap menjalankan program MBG dengan perbaikan internal.
“Kami tetap melanjutkan program MBG seperti biasa. Kemarin pihak dapur sudah datang dan berdiskusi dengan kami. Saya juga sudah sampaikan berbagai keluhan dan masukan secara langsung agar ada evaluasi dan perbaikan ke depannya,” ucapnya.
Meski terjadi insiden pelaksanaan program MBG, pihak sekolah tetap mendukung program MBG lantaran dianggap sangat membantu orang tua, terutama dari sisi pengeluaran harian anak-anak.
“Ini program yang sangat baik dan meringankan beban orang tua. Sebelum ada MBG, kami sudah punya program makan siang, tetapi berbayar. Sekarang orang tua terbantu karena tidak perlu menyiapkan lagi, namun tentu pelaksanaannya harus baik juga,” ungkapnya.
Pihak sekolah berharap agar pengawasan dari lembaga terkait dapat lebih ditingkatkan, dengan pengontrolan ketat terhadap dapur penyedia makanan.
“Pihak pengawas harus lebih aktif. Idealnya ada grup komunikasi antara pengawas dan kepala sekolah agar laporan bisa cepat ditindaklanjuti. Jangan sampai kejadian makanan basi, gatal, atau bau terulang lagi,” tegasnya.
Dirinya memaparkan bahwa terdapat beberapa masukan turut disampaikan kepada pihak dapur, termasuk soal variasi menu dan porsi makan.
“Kadang porsinya tidak cukup, apalagi untuk anak-anak kelas atas. Selain itu, menu dan cara memasaknya perlu lebih bervariasi agar anak-anak tidak bosan. Harapan kami makanan yang diberikan betul-betul sehat, bersih, dan layak dikonsumsi,” paparnya.
Diakuinya, program MBG di SDIT DFC sendiri telah berjalan selama tiga bulan, dimulai sejak tahun ajaran baru pada bulan Juli 2025. Total siswa penerima manfaat program MBG di sekolah tersebut mencapai 118 siswa.
Pada kesempatan itu, kepala sekolah menyampaikan apresiasi atas niat baik pemerintah melalui program MBG, namun berharap semua pihak yang terlibat, termasuk pengawas dan penyedia makanan, dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab demi kesehatan dan kenyamanan siswa. (Jharu)
Komentar