Setelah dari bekas landasan pesawat perang dunia II, rombongan mengunjungi spot berikutnya yaitu pantai Numbrak yang berada di kampung Warbase, sekitar 30 menit untuk sampai di pantai ini. Di pantai ini, rombongan disambut dengan tarian dansa. Tarian ini menyambut orang yang baru tiba di tanah leluhur mereka diiringi alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang dimanikan dengan cara menggunakan sandal jepit untuk memukul lubang bambu.
Selain tarian, rombongan juga disuguhkan dengan beberapa budaya setempat, seperti bakas petatas, membuat tas noken dan cara pembuatan sagu yang dimulai dari mengupas, memarut dan menyaring sagu hingga sagu siap diolah. Tidak lupa dalam pertunjukan tersebut, tetap dilakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan cek suhu badan. Ditempat yang sama, Deputi Kemenkepraf memberikan bantuan kepada pengelola wisata dan masyarakat setempat.
Usai dari Pantai Numbrak, rombongan kemudian menuju destinasi selanjutnya, destinasi wisata sejarah peninggalan perang dunia II berupa kendaraan perang yang diduga milik Amerika saat perang melawan Jepang di desa Esmambo Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw.
Untuk menjangkau tempat tersebut memakan waktu sekitar 10 menit dari Pantai. Rombongan harus memasuki hutan, sekitar 10 sampai 15 menit dari tempat parkiran mobil. Memasuki tempat peninggalan sejarah, rombongan harus melewati hutan karena jembatan yang dibangun ke lokasi belum selesai dikerjakan.
Komentar