SORONG, PBD – Dibalik riuh rendahnya hiruk pikuk kota, tersimpan kisah pilu seorang ibu yang tak kenal lelah berjuang untuk kelima buah hatinya. Hampir empat tahun setelah suaminya meninggal dunia, Masruroh (41), warga Jalan Udang, Klademak 1 kelurahan Klaligi Distrik Sorong Manoi Kota Sorong, harus memikul beban berat sebagai tulang punggung keluarga seorang diri.
Sejak saat itu, Perempuan kelahiran Jombang 42 tahun lalu itu tak pernah menyerah, terus menjajakan makanan ringan di depan sekolah demi memastikan perut anak-anaknya terisi dan sekolah mereka tetap berjalan.
Namun, perjuangan itu tak hanya diuji oleh kerasnya hidup, melainkan juga oleh kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan. Janda lima anak ini kini harus menghadapi kenyataan pahit, di mana di belakang rumahnya berdiri kandang babi dan ayam milik tetangga yang menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu kesehatan.
“Baunya itu sampai masuk ke dalam rumah. Anak-anak saya sering sesak napas dan gatal-gatal,” keluh Masruroh dengan mata berkaca-kaca.
Penderitaannya tak berhenti sampai di situ. Rumah sederhana yang Ia tinggali juga berdampingan langsung dengan galangan kapal. Setiap hari, Ia dan kelima anaknya harus menahan debu yang bukan hanya berdampak pada Kesehatan tapi juga merusak seng atap rumahnya dan juga suara bising yang memekakkan telinga akibat proses blasting kapal. Ironisnya, meski dampak buruk ini sudah berlangsung lama, pihak perusahaan galangan kapal hingga saat ini masih menutup mata.
“Atap rumah saya bocor dan rusak. Anak-anak saya sering sesak nafas akibat kegiatan blasting yang dilakukan perusahaan,” ujarnya lirih.
Meski kesulitan hidup seolah datang bertubi-tubi, Masruroh mengaku belum pernah tersentuh oleh bantuan pemerintah. Ia mengaku tak pernah didata oleh pihak RT maupun kelurahan untuk menerima bantuan pendidikan atau bantuan sosial lainnya. Hal ini membuat bebannya semakin berat, terutama untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
“Saya berharap sekali pemerintah bisa melihat kami. Kami tidak pernah mendapatkan bantuan apa pun. Saya hanya ingin anak-anak saya bisa sekolah dengan baik,” tuturnya penuh harap.
Ditengah keputusasaan itu, kini Ia hanya punya satu harapan besar. Masruroh berharap pemerintah dapat segera memfasilitasi pertemuan dengan tetangganya untuk mencari solusi terbaik terkait kandang babi dan ayam tersebut. Lebih dari itu, Ia juga memohon bantuan dari pemerintah dan paguyuban setempat agar dapat memulangkannya ke kampung halaman. Ia yakin, di sana kehidupannya dan kelima anaknya bisa lebih baik dan lebih tenang, jauh dari bau tak sedap dan getaran blasting yang terus menerus mengancam.
Kisah Masruroh adalah potret nyata perjuangan seorang ibu yang tak kenal lelah. Dibalik senyum tulusnya, tersimpan doa dan harapan agar pemerintah dan masyarakat bisa melihat penderitaannya dan uluran tangan dapat segera datang untuk menolongnya. (*/Zadrach.W)











Komentar