Nasib Naas Korban Bacok PS Malanu, Dijahit Tanpa Dibius Hingga Bayar Belasan Juta

SORONG, PBD – Tak ada yang bisa menduga nasib yang akan diterima oleh SS pria berusia 18 tahun penjaga rental PlayStation di malanu yang menjadi salah satu korban pembacokan brutal oleh oknum tidak dikenal (OTK) di kelurahan malanu Kota Sorong Minggu 5 Januari 2024 lalu.

Pasca pembacokan tersebut SS alias Septian mengungkapkan perasaannya usai menjadi korban pembacokan sadis OTK di rental PlayStation milik pamannya Richard Paendong.

__

Ditemui disela-sela istirahatnya Rabu (8/1/25) Septian didampingi Paman dan Bibinya di lokasi rental PS menyampaikan pengalaman tak mengenakan dirinya yang diibaratkan pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga itu.

“Sudah menjadi korban pembacokan, dapat perlakuan tidak mengenakan lagi saat perawatan. Beruntung nyawanya masih tertolong,” tegas Richard paman Septian.

Richard mengungkapkan awalnya OTK datang ke dalam ruko dan membacok sejumlah orang didalam Ruko termasuk Septian. Kejadian yang terekam CCTV itu terlihat sadis. Dimana OTK membabi buta melayangkan parang yang dibawanya kepada sejumlah anak-anak yang sedang asik bermain Play station.

“Tiba-tiba Septian teriak aduh. Saya kaget lihat kepalanya sudah berdarah, Saya pikir luka kecil saja pas Saya lihat luka lebar sekali. Saya panik, terus bawa Septian dengan mobil ke Rumah Sakit mutiara. Rental Saya kasih tinggal begitu saja tidak dikunci, karena saya pikir yang penting dia selamat dulu,” ungkap Richard.

Setibanya di UGD Rumah sakit Mutiara, petugas mengaku tidak bisa menangani karena lukanya cukup besar sehingga menyarankan dibawa ke Rumah Sakit AL. Setibanya di rumah sakit Angkatan Laut, petugas UGD menangani luka terbuka Septian dengan membalutnya dengan rapi sehingga tidak ada lagi tetesan darah. Namun karena dokter bedah berada di Katapop, sehingga Ia disarankan membawa ke Rumah Sakit Sele Be Solu yang lebih lengkap penanganannya.

“Pihak rumah sakit juga sengaja tidak membuat rujukan karena berkaitan dengan administrasi yang lama, sedangkan Septian butuh penanganan cepat,” imbuh Richard.

Memacu kecepatan mobil pribadinya, Richard kemudian menghubungi orang tua dan keluarga lainnya bahwa Ia menuju RSUD Sele Be Solu.

Setibanya di Sele Be Solu, petugas membuka balutan kepala Septian untuk melihat luka. Setelah membuka, petugas menutup kembali luka namun darah terus mengalir dari kepala Septian.

Keluarga yang panik meminta kejelasan kepada dokter dan petugas jaga. Namun dengan respon yang kurang, petugas membiarkan Septian terbaring sendirian di ruang UGD tanpa kejelasan mau diapakan.

“Kami keluarga emosi, panik, darah terus mengalir, Dia (septian) sudah lemas, sudah pucat, beberapa kali hilang kesadaran, tapi sepupunya terus jaga dan kasih ingat dia supaya terus jaga kesadaran. Petugas malah terlihat asik bermain HP. Setelah kami keluarga ribut-ribut dan memvideokan kejadian itu baru dokter jaga hubungi dokter lainnya di balik telepon. Selang beberapa lama, baru Dia dibawa ke ruang operasi,” terang Richard.

Saat penanganan, petugaspun mengatakan bahwa luka kecelakaan tidak ditanggung BPJS pihak keluarga pun menyanggupi untuk Septian dijadikan pasien umum dan bayar sebagai pasien umum. Padahal Septian terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan aktif.

“Pikiran keluarga, yang penting anak ini selamat itu Saja. Karena kami trauma, setahun lalu keluarga kami ada yang diabaikan saat dibawa ke rumah sakit, begitu dia meninggal dunia karena terlambat ditangani,” ungkap Richard.

Setelah masuk ruang operasi, Richard mengaku pasrah kepada dokter dan petugas yang melakukan operasi. Setelah operasi dan dibawa ke kamar inap, Iapun menyelesaikan tanggung jawab membayar biaya operasi dan kamar hingga mencapai Rp18juta lebih.

“Saya sempat minta rinciannya juga, 18 juta itu untuk apa saja. Katanya petugas itu sudah yang tertera disana, dokternya juga bilang begitu. Yah kami pun terima saja,” lanjut Richard.

Namun yang membuat keluarga terkejut dan kecewa adalah pengakuan Septian. Septian setelah siuman mengaku ke keluarga masih trauma dan merasakan nyeri saat di ruang operasi.

“Saat itu, petugas sekitar 2-3 orang di ruang operasi pegang kepala Saya terus bilang aktif. Ini aktif dok. Terus dokternya menjawab sudah jahit saja. Pas jarum kena kepala Saya, Saya sempat berontak, teriak sakit. Tapi mereka teruskan Saja. Darah sudah penuhi dada Saya, Saya dengan sisa tenaga mengusap darah di dada Saya. Hingga tusukan kelima Saya sudah tidak kuat dan berontak, Saya bilang kenapa tidak dibius. Sakit sekali. Terus petugas bilang, kalau mau dibius ko pakai selang bius itu. Terus dengan sisa tenaga saya pakai selang itu sendiri, dan setelah itu Saya tidak sadarkan diri,” ungkap Septian dengan pandangan kosong.

Pasca operasi, Ia mengaku terdapat gangguan pada penglihatannya dan masih merasakan nyeri dibagian jahitan. Serta trauma sensasi jahitan dikepalanya.

“Pasca operasi, kami tidak diberitahu berapa luka jahitannya dan tidak diberikan obat pasca operasi. Kami perawatan sendiri saja dirumah. Nanti tanggal 15 baru disuruh balik untuk kontrol,” sambung Bibi Septian.

Septian, Richard dan keluarga berharap agar pelayanan medis di Rumah Sakit dapat diperbaiki pelayanannya. Apalagi bagi mereka yang terpaksa mengaku sebagai pasien umum demi mendapatkan pelayanan cepat.

“Kami kecewa dengan pelayanan di Sele Be Solu. Mulai dari UGD, ruang operasi sampai pasca operasi. Kalau bisa kami berharap. Cukup kami yang terakhir dilayani seperti ini. Tolong semua pasien darurat itu ditangani cepat dan tepat. Kasihan anak kami ini sudah menjadi korban kekerasan kriminal kemudian diperlakukan tidak manusiawi begitu, kami harap ada evaluasi dalam pelayanan darurat di Rumah Sakit Sele Be Solu,” harap Richard.

Selain itu, mereka berharap pelaku pembacokan segera ditangkap oleh pihak kepolisian agar dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Belum diketahui motif pelaku membacok sejumlah anak di tempat Play station tersebut.

Ditempat terpisah, Kapolresta Sorong Kota, KBP Happy Perdana mengaku terus mengejar pelaku dengan bukti rekaman CCTV.

“Identitas pelaku sudah kami kantongi dan masih dilakukan pengejaran. Saya himbau pelaku dan keluarga pelaku lebih baik menyerahkan diri,” tegas Kapolresta. (Oke)

Komentar