Mendambakan Kampung Wisata Pala di Nemewikarya melalui CSR SKK Migas

SORONG, – Rabu, 3 November 2021 pagi sekitar pukul 09.00 WIT, raut wajah tegang terlihat di monitor zoom meeting, saat host Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Hulu Migas membacakan profil peserta pertama yang akan mempresentasikan karya ilmiahnya di depan juri secara virtual.

Dua mahasiswi Prodi Agroindustri Politeknik Negeri Fak-Fak, Anita Rahmawati dan Jasmin Ramadhan terpilih menjadi finalis pertama dari tujuh finalis yang akan mempresentasikan karya ilmiah yang mereka tulis tentang hulu migas, yang diselenggarakan oleh SKK Migas Perwakilan Papua Maluku dan Universitas Papua (UNIPA), dalam rangka Dies Natalis ke-21 UNIPA.

Mengangkat judul Strategi Pengembangan Sumber Daya Lokal Melalui Konsep Desa Wisata Berbasis Masyarakat Mandiri di Kampung Newikarya Kabupaten Fak-Fak. Karya ilmiah ini menawarkan sebuah strategi peningkatan ekonomi masyarakat lokal dengan konsep desa wisata pala, mengingat Kabupaten Fak-Fak sendiri merupakan daerah penghasil pala utama di Provinsi Papua Barat.

Dengan percaya diri, Jasmin Ramadhan sebagai presenter menjelaskan, Pala menjadi salah satu keunggulan komparatif dari wilayah Fak-Fak, dimana 80% lahan di Kabupaten Fak-fak ditanami pala atau dalam bahasa latinnya disebut Mystika Argentea Warb.

“Kabupaten Fak-Fak sendiri mampu memproduksi sekitar 1880 ton pala pertahun, dari lahan seluas 6071 Ha yang tersebar di seluruh dataran Fak-Fak. Potensi yang besar tersebut, sampai saat ini belum mampu di manfaatkan secara baik, dan hanya dijual kepada pengelola industri rumahan yang menggunakan pala sebagai bahan baku dalam produknya,” jelas jasmin dalam presentasinya.

Lahir dari potensi besar yang kurang dimanfaatkan secara baik, kelompok mahasiswi POLINEF ini menawarkan strategi dalam meningkatkan nilai jual serta mempopulerkan potensi pala negeri yang terdapat di Kabupaten Fak-Fak dengan konsep desa wisata.

Dengan implementasi berbasis ekowisata dan edukasi yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya dengan tetap memperhatikan kearifan lokal masyarakat Fak-Fak sendiri, sesuai dengan konsep ekowisata yang merupakan konsep wisata yang berkelanjutan.

Kabupaten Fak-Fak memiliki potensi sumber daya lokal pala negeri melimpah serta potensi wilayah yang masih asri, tidak terkecuali Kampung Nemewikarya. Kampung yang terdiri dari daratan berbukit dekat dengan pesisir pantai dengan wilayah hijau dikelilingi perkebunan pala milik warga menjadi nilai tersendiri untuk dijadikan wilayah wisata.

“Untuk menuju kampung Nemewikarya, kita hanya butuh melakukan perjalanan darat dari pusat ibukota Fak-Fak. Meskipun letaknya lumayan jauh, akan tetapi akses jalan yang baik dan disuguhi pemandangan laut biru dan perbukitan yang hijau membuat perjalanan tak terasa membosankan,” jelas Anita .

Ide yang ditawarkan terkait pengimplementasian desa wisata pala Kampung Nemewikarya, nantinya wisatawan akan disuguhi berbagai destinasi yang terbagi dalam berbagai lokasi, mulai dari lokasi pembibitan, penamanam, pemanenan, produksi sampai pada penangan limbah dari hasil produksi pala itu sendiri. Dalam setiap destinasi wisata akan terdapat penjelasan dari masyarakat setempat terkait sistem operasional masing-masing destinasi. Bagaimana cara melakukan pembibitan, buah seperti apa yang sudah siap dipanen, bagaimana cara memproduksi pala dengan berbagai olahan sampai mengolah limbah pala, hal tersebut sesuai dengan konsep awal wisata edukasi yang ingin ditawarkan.

Selain itu, terdapat 1 destinasi tambahan, yaitu destinasi wisata Pulau Tubir Seram yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kampung Nemewikarya, wisatawan hanya perlu menyebrangi sungai menggunakan perahu selama 10 sampai 15 menit untuk sampai tujuan. Wisatawan akan disuguhi pemandangan laut yang indah serta tugu peninggalan bersejarah yang didalamnya terdapat banyak gambar-gambar dan ornamen-ornamen sejarah mengenai Fak-Fak sendiri. Tidak sampai disitu, wisatawan juga bisa melaksanakan aktifitas memancing dan berenang dibibir pantai Pulau Tubir Seram.

Di akhir presentasinya, Ia memperkenalkan timnya dalam sebuah slide presentasi menarik yang terdiri dari 3 orang, dalam gambar tersebut terdapat satu orang laki-laki di posisi tengah, dia adalah Arga Ramadhana sebagai dosen pembimbing, sebelah kanannya Anita Rahmawati sebagai ketua kelompok dan dirinya sendiri (Jasmin Ramadhan) berada di posisi paling kiri sebagai anggota.

Setelah memperkanlkan timnya, dengan wajah sumringah ia menutup presentasinya di pagi itu, dengan ucapan Burung Irian, Burung Cendrawasih, cukup sekian dan terima kasih, yang langsung disambut oleh host, Randa Melato untuk selanjutnya memberikan kesempatan kepada Galih W. Agusetiawan sebagai salah satu Dewan Juri sekaligus Kepala Departemen Humas SKK Migas Pamalu. Juri lainnya dalam kompetisi ini adalah Arya Disiyona, Muhammad Kusuma, I Putu  Ary Wijaya dan Endra Gunawan yang merupakan Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan UNIPA.

Host, Randa Melato saat memperkenalkan masing-masing juri kepada finalis. Ket. Pojok Kanan Atas Randa Melato, kanan bawah Arya Disiona, sebelah kiri bawah Mohamad Kusuma, sebelah kiri atas menggunakan baju putih Hendra Gunawan dan disebelahnya Galih. W Agusetiawan

Apresiasi diberikan oleh juri pertama, Galih Agusetiawan atas presentasi yang cukup menarik sebagai pembuka dalam kegiatan tersebut. Namun, Ia memberikan masukan sebagai penyempurna dalam tulisan karya ilmiah yang sebelumnya peserta presentasikan, agar tetap masuk dalam tema lomba Future Oil & Gas in Papua and Maluku.

“Kembangkan tulisannya, dan kaitkan dengan future oil and gas yang ada diwilayah Fak-Fak. Jangan lupa untuk berkolaborasi dengan insan diluar kampus, seperti mahaswa UNIPA yang jurusan Geologi, tanyakan pada mereka di wilayah Fak-fak Geologinya seperti apa?, kenapa ada minyak di Fak-Fak dan bagaimana potensinya, untuk nantinya dijual di desa wisata”, terang Galih.

Galih Agusetiawan saat memberikan arahan terkait karya ilmiah finalis dari Polteknik Negeri Fak-Fak

Selain itu, Galih juga menanyakan terkait rasa pala yang asam, dan siapa yang mau makan pala asam. Untuk itu, agar bisa lebih baik dan manis maka diperlukan proses pengolahan. Ia juga mengingatkan bahwa desa wisata harus bisa menjual citra dan rasa, rasa tersebut berasal dari pala dan dikombinasikan dengan durian, karena Fak-Fak dikenal dan memiliki citra yang baik dengan citarasa duriannya.

Arya Disiona juga memberikan apresiasi terkait ide yang disampaikan, Ia membuka pembicaraan dengan senyum manisanya kepada peserta, awalnya dia berharap karya ilmiah ini dapat dihubungkan dengan industri oli & gas, maka yang perlu dibahas dalam artikel dan pengembangan idenya terkait multiplayer effect industri hulu migas sendiri terhadap wilayah sekitar industri. Dimana SKK Migas memiliki Coorporate Sosial Responsibility (CSR) yang bisa dimanfaatkan oleh warga sebagai bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) dalam rangka menciptakan kemandirian ekonomi, seperti yang telah diimplementasikan di Kampung Arar, Kabupaten Sorong terkait kegiatan Desa Wisata Bahari-Kuliner atau dikenal dengan “Dewi Bakul” yang menjadi wisata alternatif berbasis kepulauan oleh Bumdes di sekitar wilayah operasional hulu migas. (Saiful Umam)

Komentar