Lalu apa masalahnya sehingga ikan dan udang semakin sulit didapat ?
Philipus Gepse menduga karena banyaknya kapal-kapal besar dan perahu semang yang beroperasi di wilayah mereka, serta rusaknya terumbu karang yang menjadi tempat tinggal dan pemijahan ikan.
“Kalau dulu memang belum ada semang, dulu orang pakai jaring-jaring udang saja, satu kali tarik sudah tak mampu angkat udang. Besar-besar itu, kalau sekarang dibilang udang gross, udang besar itu. Kalau sekarang, tarik dapat 10 kilo berarti itu rezeki. Kalau sekarang mencari ne jauh, kami cari di daerah Kondo, sudah jauh sekali, dipinggiran perbatasan sana. Karena tidak ada Semang disana. Kalau disana masih dapat udang, tapi kalau disini jangan cari, tak ada”. Ia juga menduga penyebab sulitnya mendapat ikan karena kapal-kapal sudah menggunakan mesin tempel dan berlabuhnya dipinggir pantai, sehingga bunyi mesin menyebabkan ikan menjauh karena getaran mesinnya.
Laut Arafura dan Laut Timur merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 yang dikenal sebagai wilayah tangkapan ikan dan memiliki potensi ikan sebesar 21% Indonesia dan memiliki gelombang laut besar.
Nelayan kecil tidak mampu melaut sampai jauh karena perahu semang tidak sanggup menerobos ombak besar laut Arafura. “Apa boleh dikata, nelayan kecil tidak bisa sampai kesana (dekat perbatasan PNG ataupun Autralia). Mau dilarang juga tidak bisa, kita sama-sama cari makan. Kita nelayan kecil pasrah saja,” lugas Nasir.
Komentar