Jawab Beras Batu Viral, Bulog Sorong Sebut Keras Karena Divacum

SORONG, PBD – Beberapa hari ini viral di media sosial bantuan pemerintah terkait beras ukuran 1 kilogram yang keras bagaikan batu dan kadaluarsa.

Hal ini pun ditanggapi Bulog Sorong sebagai tempat pengemasan beras bernama Fortivit tersebut kepada kader Posyandu Sini Fagu Kelurahan Klasaman Kota Sorong, Papua Barat Daya, Senin (23/10/23).

Kepala Bulog Sorong, Sri Ariandini didampingi Ketua PKK Kota Sorong, Jemima Elisabeth Lobat dan ketua posyandu Sini Fagu melakukan aksi demonstrasi membuka kemasan beras Fortivit dan memasak serta memakan nasi di depan anggota dan kader posyandu.

Sri mengatakan bahwa Beras Fortivit adalah beras yang memiliki kandungan gizi lebih baik dibandingkan beras biasa. Mengapa? Karena beras ini selain mengandung karbohidarat , juga mengandung vitamin dan mineral diantaranya : Vitamin A, B1, B3,B6, B9, B12 , zat besi dan Zinc (Berdasarkan hasil Uji Lab PT Saraswati Indo Genetech).

Bahan baku beras Fortivit adalah beras premium dan fortifikan atau kernel. Kernel ini yang mengandung vitamin dan mineral. Kernel ini produksi dari negara Singapura. Bentuk kernel seperti beras biasa, dan apabila dimasak menjadi seperti nasi. Karena Impor dari Negara Singapura, maka yang di kirim ke Bulog Sorong di tahun 2023 jumlahnya terbatas.

“Karena jumlahnya terbatas maka kami produksi pun terbatas hanya untuk memenuhi kegiatan kegiatan tertentu. Di tahun 2023 kami memproduksi beras pada bulan April dan Juni 2023. Tujuan produksi hanya untuk memenuhi pesanan dari KC dan KCP Bulog di tanah Papua diantaranya Memenuhi pesanan program CSR Pusat yang ditujukan di wilayah Papua, contohnya Biak dan Jayapura. Memenuhi pesanan atas program lembaga atau instansi pemerintah di tanah papua, seperti kegiatan program stunting dan memenuhi natura beras karyawan Bulog sendiri. Kami diinstruksikan untuk mengkonsumsi beras tersebut juga,” ujar Sri.

Terkait pemberitaan media bahwa beras sudah kadaluarsa dan tidak layak konsumsi, Ia mengatakan dengan tegas Hal itu tidak benar karena Isi beras fortivit yang diserahkan ke penerima manfaat adalah benar benar beras layak konsumsi dan belum habis masa manfaatnya.

Karena kandungan kernel yang ada dalam beras fortivit memiliki masa Best Before Use atau masa baik sebelum digunakan yaitu sampai dengan tanggal 14 November 2023. Ini terbukti dari dokumen yang diterima dari Perum Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat.

“Terkait permasalahan kemasan yang beredar dimana ditutup dengan menggunakan stiker, dapat kami jelaskan bahwa Kemasan yang tersedia untuk kapasitas 1 kg yang kami miliki hanya kemasan lama yaitu masa best beforenya sampai dengan Desember 2022. Hal ini sudah kami sampaikan ke kanwil dan diteruskan ke kantor pusat. Kami sedang menunggu kiriman kemasan dengan masa best beforenya diatas tahun 2023. Namun sampai saat produksi belum kami terima, sedangkan kebutuhan mendesak sehingga Kami menutupi dengan stiker agar tidak memicu kekhawatiran warga,” ujar Sri.

Terkait beras yang keras bagaikan batu, itu bukan berarti sudah rusak, tetapi memang kemasan fortivit yang diproduksi telah divacuum atau kedap udara. Sehingga bentuknya seperti batu bata, hal ini dilakukan agar beras lebih awet dan tahan lama saat digunakan.

“Kalau mungkin ada yang tidak tervacum, mungkin selama pendistribusian mengalami gesekan-gesekan atau terbanting banting, sehingga kemasannya tidak kedap udara lagi. Demikian Bapak/Ibu yang dapat kami jelaskan. Jadi pada kesempatan ini kami mohon maaf sehingga membuat resah Bapak/Ibu penerima manfaat,” ucap Sri kepada warga. (Oke)

Komentar