HUT ke-47 KKSS, Attudang Sipulung dan Doa Bersama Merajut Persaudaraan di Papua Selatan

MERAUKE, PAPUA SELATAN – Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) di Provinsi Papua Selatan menggelar Attudang Sipulung dan doa bersama lintas agama (Muslim, Katolik dan Protestan) dalam rangka HUT ke-47 dan juga mengenang peristiwa korban 40.000 jiwa (pembantaian oleh Westerling) di Sulawesi Selatan.

Pantauan Sorongnews.com, kegiatan berlangsung khidmat disalah satu hotel Merauke, Senin (19/12/2023) malam. Dihadiri Penjabat (Pj) Sekda Provinsi Papua Selatan, Maddaremmeng, Staf Ahli Bupati Merauke, M Ramli, Ketua KKSS Kabupaten Merauke, Fadli Burhan, Kepala Kesbangpol PPS, Paskalis Netep dan Forkopimda.

____ ____ ____ ____

Attudang Sipulung adalah salah satu tradisi masyarakat Sulawesi Selatan, kegiatan duduk bersama membicarakan dan merundingkan dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai suatu hasil kesepakatan melalui budaya musyawarah.

Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) KKSS Provinsi Papua, Mansur M menuturkan, tradisi Attudang Sipulung dan doa bersama selalu dilaksanakan setiap tahun oleh warga Sulawesi Selatan yang tergabung dalam wadah organisasi KKSS di tanah Papua maupun dimana berada sebagai bentuk silaturahmi dan merajut tali persaudaraan.

Selain itu, digelar doa bersama lintas agama sebagai simbol kerukunan antar umat. Mengingat wadah KKSS itu sendiri merupakan wadah kerukunan sehingga semangat toleransi umat beragama menjadi hal utama dan harus ditegakkan. Hal itu sebagai simbol semangat persatuan.

“Kita duduk bersama dan berdoa bersama antar lintas agama. Itulah sebuah konsekuensi hidup berbangsa dan bernegara kita di Indonesia. Didalam KKSS juga begitu, doa bersama tidak hanya muslim saja. Ada Toraja, ada Kristen Protestan, ada Katolik. Ada jalinan persaudaraan disitu karena kita ini kan multi etnis dan agama,” ungkapnya.

Menurutnya, tradisi itu sudah rutin dilakukan setiap tahun di Jayapura sebagai provinsi induk. Termasuk rangkaian kegiatan HUT KKSS dengan mengenang korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan dari tahun 1939-1949.

“Bahkan selama 2 bulan kita adakan. Ada lomba olahraga, ada lomba pidato yang sifatnya memberikan edukasi ke warga kami, bakti sosial dan sebaiknya. Kenapa dibuat di Merauke? Kita juga doa bersama selain diinduk KKSS di Jayapura, kita juga doa bersama di Nabire, Wamena dan disini ada maknanya,” kata Mansur.

Tentu kegiatan tersebut melibatkan Ikatan Wanita Sulawesi Selatan dan pemuda.

“Kita hantar teman-teman untuk membentuk pengurus wilayah, apa kah tahun depan atau kapan, silahkan anda jalan. Kita itu mengikuti struktur pemerintahan yang ada. Pengurus KKSS Papua Selatan adalah yang pertama kali karena daerah otonomi baru (DOB),” kata Mansur kepada Sorongnews.com disela-sela kegiatan.

Di seluruh provinsi Indonesia, menurut Mansur, kepengurusan KKSS hampir semuanya sudah ada. Bahkan di kabupaten-kabupaten sudah hampir 90 persen. Kemudian diluar negeri pengurus KKSS sudah tersebar di 17 negara yakni Badan Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPW KKSS LN).

“Organisasi kita ini sangat terstruktur, punya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), kepengurusan dari pusat sampai daerah bahkan sampai ranting kecamatan. Oleh karena itu, kita gelar doa bersama untuk mengantar teman-teman bahwa kalau kedepan, silahkan membentuk pengurus BPW KKSS tapi dengan cara baik-baik, kita duduk bersama diskusi, begitu caranya,” tegas Mansur.

Dia menyebutkan, wadah organisasi KKSS mengkafer 3 suku besar yakni Bugis, Makassar dan Toraja. Sedangkan Mandar sudah terpisah sendiri dan masuk Sulawesi Barat. Namun dalam tubuh organisasi KKSS juga terdiri dari pilar-pilar yang merupakan organisasi Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan dari berbagai kabupaten.

“Di Kabupaten Merauke sini sudah ada 17 pilar dari 25 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan misalnya Goa, Maros, Selayar dan sebagainya. Kadang karena jumlah masih sedikit, jadi gabung 2 atau 3 kabupaten,” pungkas Mansur. (Hidayatillah)

Komentar