JAYAPURA, PAPUA – Dalam kolaborasi yang dibentuk PT Pertamina International Shipping (PIS) bersama Pertamina Foundation dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berhasil menemukan individu Hiu Paus baru di Area Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC), Kwatisore, Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Tercatat, saat ini jumlah Hiu Paus kini mencapai 203 individu yang berada di Area TNTC.
Temuan ini merupakan hasil monitoring bersama PIS dan KLHK, sekaligus menjadi hadiah spesial untuk keberlanjutan hayati di lautan yang bertepatan dengan momen World Ocean Day (Hari Laut Internasional) pada 8 Juni ini.
“Hasil monitoring yang ada di lapangan didapatkan adanya individu-individu baru Hiu Paus yang berada di kawasan TNTC sehingga jumlah populasinya kian meningkat. Tentunya ini merupakan kabar gembira dari upaya baik yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, dan bukti nyata komitmen perusahaan dalam mendukung keberlanjutan ekosistem laut, khususnya di kawasan perairan Indonesia Timur,” ujar Muh. Aryomekka Firdaus selaku Corporate Secretary Pertamina International Shipping.
Kolaborasi terhadap pengelolaan Whale Shark Center bersama dengan pihak KLHK ini merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PIS. Kegiatan ini berada di bawah program “BerSEAnergi Untuk Laut” untuk mendukung keberlanjutan ekosistem laut, peningkatan literasi, kesejahteraan masyarakat pesisir.
Adapun dari bentuk kerja sama pengelolaan Whale Shark Center di Kwatisore ini mencakup beberapa program, diantaranya: Konservasi dan Tagging Hiu Paus, Pertamina Ocean Warrior (Endangered Species Monitoring), Pelatihan Diving dan Desa Energi Berdikari.
Kegiatan monitoring yang telah berlangsung, terbukti telah membuahkan hasil dengan pencatatan munculnya individu baru di kawasan TNTC.
“Pada awalnya dari data yang ada populasi hiu paus disana berjumlah 195 ekor. Nah, sejak kami lakukan monitoring bersama pada November 2023, kami mencatat adanya individu baru sehingga jumlahnya mencapai 203 hiu paus per Mei 2024. Semoga saja kedepannya, angka ini bisa terus bertambah untuk memonitoring populasi dan pergerakan hiu paus di area TNTC ini,“ ujar Pengendali Ekosistem Habitat Seksi Pengelolaan TNTC Wilayah 1 Kwatisore, Sumaryono.
Selain telah dilaksanakan program monitoring, upaya konservasi di TNTC juga dilanjutkan dengan proses tagging hiu-hiu paus untuk merekam dan mengolah data perilaku hiu paus saat di perairan. Di mana salah satu pemanfaatan data adalah untuk mempelajari rute migrasi dari hiu paus di area perairan laut Papua.
“Dari data tersebut akan kami sesuaikan dengan jalur area pelayaran kapal PIS di wilayah Papua. Sehingga ketika kapal PIS berlayar di rute yang tidak mengganggu jalur hiu paus tersebut. Harapannya data ini bisa diakses oleh kapal-kapal lainnya demi menjaga ekosistem kelautan kita,” tambah Aryomekka.
Berdasarkan dari data International Union for Conservation of Nature (IUCN), saat ini hiu paus merupakan salah satu hewan yang terancam punah sejak 2016. Sejak saat itu berbagai upaya konservasi hiu paus terus digalakkan oleh berbagai pihak, termasuk oleh PIS sebagai perusahaan yang bergerak dan industri maritim dan memiliki perhatian besar untuk keberlanjutan ekosistem kelautan Indonesia.
“Dari kerjasama ini menjadi bukti komitmen PIS untuk mendukung program Sustainable Development Goals (SDG), terutama dalam poin 14 tentang “life below water”. Sebagai pelaku industri maritim terbesar di Indonesia, sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk menjalankan bisnis dengan prinsip berkelanjutan demi menjaga keasrian lingkungan, yang akan kita wariskan ke generasi mendatang,” tandas Aryomekka. (**)
Komentar