KABUPATEN SORONG, PBD – Sebanyak 3 perusahaan yakni PT Malamoi Olom Wonok, PT Huahe Management Indonesia, dan PT Sino Consultan Investment Indonesia menandatangani kerjasama (konsorsium) untuk mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong bertempat di Aimas Hotel and Convention Centre, Kabupaten Sorong, Selasa (28/5/24).
Direktur PT Huahe Management Indonesia, Xu Hong Xi menyampaikan bahwa, penandatanganan Perjanjian Manajemen Kawasan Ekonomi Sorong Konsorsium PT Sinagi Olom Fagu pendirian konsorsium ini berhasil terbentuk berkat dukungan dan bimbingan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, Pemerintah Kabupaten Sorong dan seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama hingga seluruh stakeholder lainnya.
“Konsorsium PT Sinagi Olom Fagu didirikan oleh tiga perusahaan, yakni PT Malamoi Olom Wobok, PT Huahe Management Indonesia, PT Sino Consultant Investment Indonesia,” beber Direktur PT Huahe Management Indonesia, Xu Hong Xi.
Disambungnya, tujuan konsorsium adalah membawa investor ke dalam KEK Sorong, melaksanakan fungsi manejemen, menyediakan dan mengelola fasilitas dan infrastruktur di KEK Sorong, menciptakan lingkungan investasi yang baik bagi investor dan memelihara dan menjaga hubungan yang baik antara KEK Sorong dan pemerintah, masyarakat sekitar, termasuk juga lingkungan hidup.
“KEK Sorong akan membawa masuk teknologi pengolahan nikel paling terdepan di dunia saat ini, yakni teknologi OESBF (Oksigen Enriched Side Blow Furnace),” terangnya.
Diakuinya, teknologi OESBF memiliki 3 keunggulan, dirinya merincikan 3 keunggulan yang dimaksud.
“Teknologi ini (OESBF) memiliki 3 keunggulan. Pertama adalah penggunaan energi yang lebih efesien, sehingga mengurangi jumlah konsumsi energi secara signifikan, kedua, teknologi OESBF menggunakan gas alam atau hidrogen sebagai subsitusi terhadap batubara, sehingga dapat berkontribusi bagi percepatan pembentukan industry nikel yang berbasis green energi dan ramah lingkungan di Indonesia. Ketiga, teknologi OESBF mengasilkan limbah yang bersifat stabil di lingkungan, mudah disimpan dan dapat digunakan kembali sebagai bahan pengerasan jalan, penimbunan laut dan bahan baku industri semen,” jelasnya.
“Pabrik pengolahan nikel akan memproduksi nikel matte kadar tinggi dengan rencana kemampuan produksi sebesar 160.000 ton Nickel Metal,” sambungnya.
Ditambahkannya, saat ini terdapat sejumlah permasalahan yang masih harus dicari solusinya, seperti masalah pembebasan lahan, pasokan energi bersih, sumber bahan baku untuk produksi dan pelabuhan yang memadai.
“Untuk itu, kami memohon bantuan, bimbingan dan kerjasama dari seluruh stakeholder yang terlibat,” pintanya.
Sementara itu, Direktur PT Sino Consultan Investment Indonesia, Adriana Imelda Daat menuturkan bahwa, penandatanganan tersebut merupakan hasil proses panjang selama dua tahun.
Lanjutnya, dalam kurun waktu dekat, groundbreaking pembangunan pabrik smelter nikel dan baja di KEK Sorong akan segera dilaksanakan.
“Konsorsium ini sangatlah penting karena melibatkan investor. Tentunya kami menyadari keterbatasan pendanaan dari pemerintah daerah dalam mengelola KEK, sehingga kami membutuhkan investor untuk berinvestasi bersama-sama,” ujar Adriana Imelda Daat.
Diakuinya bahwa, meskipun pelabuhan di KEK Sorong masih dalam tahap pengembangan, kendati demikian pihaknya akan menggunakan Pelabuhan Petrosea sebagai solusi sementara untuk mobilitas.
“Terkait groundbreaking, kami masih menunggu konfirmasi kehadiran Presiden Joko Widodo ataupun Presiden Terpilih Prabowo Subianto,” tandasnya.
Dibeberkannya, sejauh ini pihaknya tidak menemui kendala berat dalam hal pengelolaan KEK Sorong, hanya terkait administrasi saja.
“Untuk keseluruhan, kami sangat didukung oleh pemerintah pusat, provinsi, dan Kabupaten Sorong itu sendiri,” ucapnya. (Jharu)
Komentar