RAJA AMPAT, – Perlindungan, Pelestarian dan pemanfaatan ekosistem laut menjadi salah satu program prioritas pemerintah hingga 2024 sesuai RPJMN 2020-2024. Kementerian PPN/Bappenas melalui Indonesia Climate Change Fund Trust (ICCFT) melaksanakan program rehabilitasi ekosistem terumbu karang, mangrove serta lamun di Kampung Yensawai Timur, Raja Ampat, Papua Barat.
ICCTF Bersama mitra seperti Kelompok Korbon dan Kelompok Andoi mengajak masyarakat setempat untuk ikut serta menjaga kelestarian ekosistem laut. Salah satunya adalah rehabilitasi lamun. Lamun merupakan ekosistem yang memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta tempat penyedia makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang.
Namanya, Linani Arifin, orang-orang memanggilnya Mama Ani. Dia adalah ketua POK Andoi yang banyak memberikan pengaruh kepada perempuan-perempuan di Kampung Yensawai Timur terkait tanaman Lamun.
Dalam kegiatan rehabiltasi lamun yang ia lakukan, ia mengajak anak-anak kampung Yensawai Timur yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama untuk ikut andil dan mengambil bagian dalam pelestarian ekosistem lamun dikampung mereka.
Bukan hal mudah mengajak anak-anak yang masih remaja untuk mengambil bagian dalam pelestarian lamun. “awalnya kesulitan mengajak mereka (anak-anak mud aini), tapi karena saya melihat mereka punya tekad, dan mereka generasi selanjutnya yang ada dikampung ini,” terang mama Ani.
Mama Ani menjelaskan, bahwa anak muda memiliki rasa kaingin tahuan lebih dibandingkan orang tua, sehingga ia membulatkan tekad untuk merekrut mereka untuk mengambil bagian dalam program rehabilitasi lamun dikampung mereka.
“saya bilang sama mereka, kalian nanti bisa mendapat ilmu dari mereka (ICCTF dan mitra) yang datang. Kalau setiap hari kalau rajin bisa sekolah di luar, bisa dapat ilmu yang lebih bagus lagi, kalau mau bisa kuliah juga, akhirnya mereka mau,” ungkap Mama Ani.
Martince, salah satu anak yang ikut tergabung dalam kelompok rehabilitasi lamun mengatakan, dirinya sangat senang bisa terlibat dalam kegiatan tersebut, sehingga dirinya bisa belajar banyak hal terkait rehabilitasi lamun.
“kami biasanya cek-cek Lamun, ngukur setiap dua minggu. Kalau sampe ada yang rusak diganti. Kalua warnanya coklat tua berarti rusak, harus dicabut, dan diganti,” ungkap Martince.
Selain mereka mendapatkan pengetahuan baru dalam rehabilitasi lamun, semakin berjalannya waktu, mereka mengakui adanya masalah-masal yang terjadi dilapangan disaat mereka melakukan penanaman.
“saat menanam itu, terkadang ada yang langsung diseret ombak. Sehingga kami harus pantau 2-3 kali dalam seminggu,” terang Martince.
Dukungan dari masyarakat setempat, membuat program rehabilitasi lamun berhasil dilakukan di Kampung Yensawai Timur, Raja Ampat. Rasa ingin tahu masyarakat terkait padang lamun memberikan semangat tersendiri dalam keberhasilan rehabilitasi lamun.
“dulu, malah ditanya sama warga sini, itu kenapa ditanam lamun? Saya bilang lamun ini berfungsi untuk [menahan] ombak agar tidak abrasi, begitu,” jawab Mama Ani. (541)
Komentar