SORONG, – Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIT, Terik matahari saat itu tak terlalu panas, perawat magang Poltekes Kemenkes, Benny Kumune dan Lusi Talane mengawal dua orang pegawai kesehatan yang bertugas di Puskesmas Distrik Seget, menuju Kampung Klayas Distrik Seget Kabupaten Sorong, Papua Barat, Jumat siang (28/10).
Didampingi seorang motorice, perahu berbadan kecil bertuliskan Puskesmas Seget Bantuan CSR Pertamina RU VII membelah heningngya lautan yang teduh pagi itu. Setibanya di dermaga, mereka disambut bak pahlawan oleh anak-anak setempat.
Dengan gerakan cepat, Benny, Lusi, Ima dan satu orang perawat lainnya merapikan obat-obatan bergabung bersama tenaga kesehatan lainnya dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VII Kasim yang diketuai seorang dokter bernama dr. Zulfikar.
Satu persatu warga berdatangan ke atas dermaga, karena pelayanan kesehatan hari ini berbeda dengan sebelumnya karena bertepatan dengan kunjungan kerja sejumlah petinggi PT KPI ke kampung Klayas guna melihat langsung sejumlah keberhasilan program CSR yang beberapa kali diganjar penghargaan itu.
Ibu Ima, tim gizi puskesmas yang rutin melakukan pemeriksaan bulanan bagi anak balita dan ibu hamil di Kampung Klayas, dari jam 8 pagi terlihat paling sibuk karena beberapa kali memberikan penyuluhan mengenai asupan gizi bagi orang tua yang mengantarkan anaknya untuk mengecek kesehatan.
“Biasanya kami bertugas dari tanggal 19 hingga akhir bulan, keliling 6 kampung. Warga dulu memperoleh layanan kesehatan terkendala transportasi untuk mengakses Pusksesmas. Jika ditempuh jalan darat cukup memakan waktu 4 sampai 6 jam tergantung kondisi cuaca. Apabila musim hujan akan lebih lama, jalan berlumpur membuat kendaraan yang melintas akan terjebak. Tetapi, setelah ada perahu dari Pertamina Kilang Kasim, mobilitas kami lebih mudah dan waktu lebih efisien,”kata Benny.
Menurut Benny, dari Puskesmas Distrik Seget ke Kampung Klayas, biasa ditempuh hingga 6 jam pulang pergi melalui jalur darat. Jika menggunakan perahu sebagai Puskesmas keliling, waktu tempuh hanya 40 menit saja. Hal ini sangat efisien terutama jika ada keadaan darurat.
Fokus kegiatan puskesmas keliling selain memberikan layanan kesehatan, juga memberikan imunisasi rutin, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan gizi ibu hamil, menyusui dan balita.
Kata Ima, tim gizi Puskesmas Distrik Seget, di Kampung Klayas tercatat sekitar 63 balita. 15 diantaranya perlu perhatian khusus, karena masuk dalam kategori gizi kurang (GK) dan dan gizi buruk (GB).
“Kami terbantu adanya Posyandu Tulip dengan ibu kader aktif, yang dibina Kilang Pertamina Kasim. Mereka menjadi perpanjangan tangan kami yang rutin mengedukasi masyarakat agar balita diberikan asupan gizi kaya protein selama masa pertumbuhan emasnya sejak lahir hingga 1000 hari,”kata Ima.
Upaya tersebut terus digiatkan, meski tidak mudah dan perlu waktu. Karena edukasi kesehatan ke penduduk asli suku Moi, lebih mudah dilakukan oleh orang-orang asli yang memahami budaya, tradisi dan kepercayaan.
“Tidak bisa kita langsung paksa-paksa makan ikan, makan telur, sayur dan menu sehat lainnya. Karena masih banyak mitos warga yang harus kita ubah perlahan-lahan. Misalnya mitos makan ikan membuat anak-anak cacingan. Kalau dibilang asupan gizi kurang, sangat tidak mungkin sebenarnya, karena Sumber Daya Alam di Klayas sangat banyak, mulai dari sayur mayur, untuk kebutuhan vitamin mineral tetapi juga protein dari ikan laut,” jelas Ima.
Ia pun berharap agar kesadaran masyarakat kampung terus bertambah, terkhusus dalam menjaga pola makanan seimbang dan bergizi bagi anak-anak mereka.
Usai melaksanakan tugas kemanusiaannya, petugas kesehatan ini pun pamit kembali ke Distrik Seget menggunakan Perahu Keliling bantuan Pertamina.
Sementara itu, salah satu kader Posyandu, Ema mengungkapkan bahwa kemungkinan salah satu faktor terjadinya gizi kurang pada anak dan balita disebabkan oleh jarak lahir yang berdekatan antara anak satu dengan lainnya.
“Disini satu orang perempuan bisa melahirkan 13 orang anak, setiap tahun bisa hamil. Ada yang terbaru, perempuan usia 16 tahun, baru saja melahirkan, anaknya baru sebulan sudah hamil lagi. Kita sudah berikan sosialisasi, Petugas Puskesmas, Pegawai Pertamina yang datang kesini pasti sudah sosialisasi dan edukasi, tapi alasan mereka bahwa suami mereka tidak mengizinkan untuk mereka mengikuti KB,” terang Ema.
Pernyataan Ema ini didukung oleh sejumlah Mama-Mama Papua yang Saya temui, mereka mengaku tidak mengikuti program Keluarga Berencana karena dilarang suami. Sedangkan para suami saat diminta tanggapannya, Mereka mengaku bahwa mitos Banyak anak banyak rejeki itu benar apa adanya. Selain itu, dengan banyaknya Anak, dapat mengembangkan keturunan dan marga serta kampung pemekaran yang baru dimekarkan secara hukum pada tahun 2010 tersebut.
Area Manager Communication, Relation dan CSR Kilang Kasim, Dodi Yapsenang menyatakan, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui Kilang Kasim, telah menjalankan program tanggung jawab sosial bidang kesehatan, dengan program Klayas Sehat.
“Masalah kesehatan dan gizi balita merupakan salah satu prorgam CSR Klayas Sehat. Program tersebut meliputi berbagai kegiatan mengaktifkan kegiatan Posyandu, pelatihan bagi kader, pemberian makanan tambahan, pelatihan first aider (pertolongan pertama), serta memberikan bantuan fasilitas perahu Puskesmas Keliling yang juga digunakan sebagai transportasi apabila ada warga yang sakit,” kata Dodi.
Program tersebut juga dikolaborasikan dengan Puskesmas serta Dinas kesehatan setempat, dimana Kilang Kasim juga terlibat dalam tim penanggulangan stunting.
“Kami berharap kerja sama ini dapat memberikan hasil yang baik bagi kesehatan generasi penerus bangsa dan bagi masyarakat, sejalan dengan dukungan Kilang terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs ke -3, Kehidupan Sehat dan Sejahtera,” pungkas Dodi. (Oke)
Komentar