PDHA dan ADHA Terus Meningkat, IAC Gandeng Sejumlah Pihak “Jemput Bola”

SORONG, PBD – Sejak kasus HIV pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 di Indonesia, epidemi HIV terus menyebar secara luas, dengan estimasi 526.841 ODHIV berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2022 (Kemenkes, 2022). Penyakit HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan pandemi global yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Di Indonesia, penyakit HIV-AIDS telah menjadi perhatian serius dari para pemangku kepentingan, utamanya di sektor kesehatan. Virus HIV-AIDS dapat menginfeksi siapa saja, tidak terkecuali perempuan dan anak-anak.

Berdasarkan estimasi UNAIDS, pada tahun 2022 tercatat 18.000 Anak dengan HIV-AIDS (ADHA) umur 0-14 tahun di Indonesia. Jumlah kasus infeksi HIV pada anak di kelompok umur tersebut adalah 2.800, dengan kematian 2.200 (UNAIDS, 2023). Sementara data dari Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa terdapat 12.553 ADHA dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2022. Berdasarkan jumlah, infeksi HIV mayoritas terdeteksi pada anak umur < 4 tahun dengan jumlah 4.764 anak (Antara News, 2022). Jumlah tersebut meningkat menjadi 14.150 ADHA di tahun 2023. Menurut Kementerian Kesehatan, pertambahan kasus adalah sekitar 700-1.000 anak per tahun. Adapun beberapa kendala yang teridentifikasi sehubungan dengan ADHA adalah ketidaksetaraan layanan HIV, khususnya untuk perempuan, anak, dan remaja; stigma dan diskriminasi; serta terbatasnya opsi ARV yang ramah anak (VOA Indonesia, 2022).

Di sisi lain, upaya penanganan Perempuan dengan HIV-AIDS (PDHA) juga tidak lepas dari sejumlah tantangan. Data dari Kementerian Kesehatan menemukan bahwa per bulan September 2022, 37% dari total ODHIV adalah perempuan (Kemenkes, 2022). Selain stigma dan kurangnya akses ke layanan perawatan & dukungan HIV, juga terdapat risiko sehubungan dengan penularan ke anak. Kementerian Kesehatan mencatat hanya 55% dari ibu hamil yang dites HIV.

Dari jumlah tersebut 7.153 positif HIV, dan 76% belum mengakses ARV, yang dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko penularan ke bayi (Sehat Negeriku-Kemkes, 2023).

Adapun, dalam konteks Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya, masih ditemukan sejumlah tantangan. Utamanya adalah terkait ketersediaan data.

Data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyatakan bahwa estimasi kasus HIV di kedua provinsi pada tahun 2023 adalah 20.045, dengan prevalensi HIV sebanyak 2,3% (Tribun Sorong, 2023). Namun tidak ditemukan data yang secara khusus menyasar kepada perempuan dan anak.

Oleh karena itu, diperlukan studi terkait pengumpulan data dan informasi situasi perempuan dan anak dengan HIV/AIDS khususnya di daerah fokus. yaitu Kabupaten Manokwari – Papua Barat dan Kota Sorong – Papua Barat Daya untuk dapat menentukan besaran masalah, mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh perempuan, keluarga, dan masyarakat dalam merespon masalah, mengidentifikasi respons dari sektor kesehatan dan masyarakat, serta memberi rekomendasi kepada pemerintah, LSM, dan mitra kerja sama lain mengenai strategi yang tepat untuk mendukung dan meningkatkan situasi anak dan perempuan yang hidup dengan HIV/AIDS di Kabupaten Manokwari – Papua Barat dan Kota Sorong – Papua Barat Daya.

Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition, Aditya Wardhana mengatakan berdasarkan fakta tersebut maka IAC menggandeng sejumlah pihak diantaranya Dinas Provinsi Papua Barat Daya, Dinas Kesehatan Manokwari, Dinas Kesehatan Kota Sorong, STIKES Papua, Yayasan Papua Lestari (Yapari), Yayasan Sorong Sehati dan sejumlah media menggelar kick off program champion id di salah satu hotel Kota Sorong, Papua Barat Daya, Senin (26/2/24).

Ditambahkan olehnya bahwa mengatasi tantangan yang dihadapi PDHA dan ADHA di wilayah Papua Barat dan Papua Barat Daya perlu sebuah program bersama untuk mengurangi resiko peningkatan kasus dengan cara menjemput bola dengan melakukan pendekatan psikososial dengan melakukan sosialisasi kepada Ibu Hamil dan Menyusui bahwa penularan HIV saat ini bukan saja oleh kelompok resiko tinggi atau kelompok kunci tapi sudah meluas ke kelompok umum, termasuk Ibu Rumah Tangga.

“Kita ingin mencoba menemukan model bagaimana agar program HIV di Papua berorientasi pada pencegahan infeksi HIV pada perempuan khususnya perempuan usia produktif untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke anak dan juga bagaimana anak itu bisa meningkat kualitas hidupnya,” terang Aditya yang akrab disapa Edo itu.

Ia berharap melalui program champion id, tingkat penularan dari Ibu ke anak serta anak usia remaja bisa menurun karena kesadaran pengetahuan dan informasi yang didapatkan, yaitu bahwa HIV bisa dikendalikan layaknya sakit Diabetes, Kanker, Darah Tinggi dan penyakit resiko tinggi lainnya.

Hadir pula dalam kegiatan tersebut, Tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP), perwakilan Kemenkes, perwakilan STIKES Papua dan perwakilan media massa. (oke)

Komentar