MANOKWARI, PAPUA BARAT – Empat tahun berdiri, SD Sowi Indah yang terletak di Jalan Norman Tambunan Sowi gunung Distrik Manokwari Selatan, provinsi Papua Barat melaksanakan Proses Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di bangunan gubung yang jauh dari kata layak untuk proses belajar mengajar.
Sekolah yang menggunakan terpal untuk menutupi atap dan baliho-baliho bekas untuk menutupi dinding. Kalau hujan pasti bocor dan becek namun guru dan anak-anak disana tetap melakukan pembelajaran untuk mencapai masa depan generasi emas.
Namun di tahun 2024 ini, Sekolah tersebut disulap menjadi bangunan yang layak dan terlihat lebih rapi usai direnovasi oleh Kejaksaan Tinggi Papua Barat. Hal ini diungkap pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Cahaya Papua Barat, Theresia Ngutra, SPd, SH, MPd, MH.
Ditemui Sorongnews.com, Ngutra mengatakan selama 4 tahun berdiri anak-anak yang bersekolah di gubuk seharusnya tidak pantas untuk melakukan belajar mengajar. Namun dengan pentingnya pendidikan dan masa depan anak-anak agar tidak putus sekolah, maka PKBM tetap dilaksanakan meski dengan fasilitas seadanya. Sejumlah upaya juga telah dilakukan pihak sekolah, seperti mengajukan proposal ke Pemerintah daerah hingga ke perusahaan-perusahaan tapi hanya Kejaksaan tinggi yang bisa realisasi.
Theresia mengaku sudah banyak orang yang datang melihat sekolah dan menjanjikan bantuan untuk sekolahnya, namun semua tidak terealisasi semuanya hanya janji, hingga datang Kepala kejaksaan tinggi Papua Barat.
“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada kepala kejaksaaan tinggi, yang tidak pernah berjanji, tapi langsung datang melihat dan membangun sekolah kami,” puji Theresia.
Theresia mengungkapkan bahwa selain membantu pembangunan 4 ruangan kelas, Kepala Kejati Papua Barat juga menyumbangkan tas sekolah, alat tulis, sepatu, perlengkapan televisi di setiap ruangan kelas dan taman sekolah yang akan dipenuhi pepohonan agar sekolah terlihat asri dan modern.
Sekolah ini terdiri dari 5 kelas, mulai dari kelas Satu, kelas dua, kelas 3, kelas 5 dan kelas 6, tidak ada kelas 4. Jumalah siswa sebanyak 34 orang dan jumlah guru sebanyak 4 orang. Dimana 1 guru lakukan proses belajar mengajar di dua kelas. Biaya operasional sekolah menurut Theresia semua disediakan sekolah, mulai dari makan sampai sampai pungutan biyaya sekolah sekalipun semuanya gratis.
“Dari 34 orang siswa yang terbanyak kelas satu SD, kemarin waktu buka pendaftaran penerimaan siswa kelas satu SD banyak sekali siswa yang mendaftar namun kami batasi karena fasilitas sekolah kami tidak memadai. Untuk hak guru di sekolah kami masih melakukan suadaya dan saya juga cari dana dari hasil kerja saya di luar, kalau dapat saya berikan hak guru sedikit demi sedikit,saya sudah ajukan permohonan bantuan dari pemda provinsi maupun kabupaten untuk hak guru namun belum terealisasi,” ungkap Theresia dengan mata berkaca.
Sekali lagi Ia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Kepala kejaksaan tinggi Papua Barat bersama seluruh pegawai kejaksaan yang peduli terhadap SD tersebut. Dijadwalkan SD tersebut akan diresmikan oleh Kepala Kejati Papua Barat, pada Selasa 5 November 2024. (Rolly)
Komentar