Kapal Besar Kuasai Laut Arafura, Nelayan Kecil Merauke Menjerit

“Kapal besar jaringnya panjang sampai 100-150 lembar. Ketimbang kita hanya 30 lembar paling banyak ya 50 lembar. Tentu hasilnya merosot jauh,” terangnya.

Nurtindri mengatakan, laut wilayah Blatar itu menjadi tempat idaman nelayan kecil mencari ikan namun sudah dikuasai kapal besar memasang jaring.   “Kami minta kepada pemerintah supaya bisa memberikan waktu dan tempat pembagian bagi kapal dan nelayan kecil,” pintanya.

__

Ia menjelaskan, kondisi laut Arafura yang terkenal memiliki ombak besar hingga kini masih sangat bagus. Hanya saja nelayan kecil tidak bisa masuk karena perahu semang tidak kuat berlayar. Jika dahulu hanya ada 20 kapal yang melaut, kini sudah tercatat ratusan kapal semang maupun kapal besar melaut di wilayah Merauke.

“Awal jadi nelayan disini kita rata-rata orang Makassar. Ada juga sebagian besar datang dari pegunungan, bukan orang pantai. Dulu banyak nelayan tapi kurang kapal, sekarang kapal yang banyak susah mencari tenaga ABK,” ucapnya.

Sudah 5 tahun terakhir, nelayan kecil Merauke merugi. Mereka kalah dengan nelayan kapal besat pemburu ikan gulama dan kakap yang diambil gelembungnya.

“ABK tetap kita paksa melaut walaupun pulang kosong karena kalau tidak melaut, pendapatan kita juga kosong betul,” kata pria yang meniti perjalanan hidup di Biak, Provinsi Papua sejak 1969 ini.

“Kita nelayan kecil sangat menjaga laut Arafura untuk kebaikan anak cucu. Kita juga sangat berterimakasih kepada Dinas Perikanan Merauke sangat membantu kita mengijinkan melaut dengan mesin tempel,” lugasnya.

Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Merauke bisa mendorong kenaikan harga tangkapan ikan nelayan kecil jenis ikan paha, tenggiri, bandeng dan lain-lain. “Pemerintah supaya bisa bantu mengupayakan harga ikan lebih dari sekarang ini. Bisa sistem ekspor atau dikirim kemana karena sekarang ikan sedikit masih dijual murah,” tandasnya. (***)

Komentar