Dia bercerita, sebelum tahun 2000 an di pinggiran pantai Lampu Satu banyak ikan, tetapi sekarang sangat sulit. Dia tidak lagi memasang patok-patok ikan dan udang yang jarak tangkapnya lebih dekat, antara 100 sampai 200 meter dari bibir pantai persis didepan rumahnya. Alasannya, selain ikan dan udang makin susah didapat, juga karena lebih mudah menangkap ikan dengan perahu bermesin peralatan lengkap dibandingkan memasang patok-patok karena wilayah tangkapannya tidak lagi sama seperti dulu.
“Kalau sekarang seperti kita ini, yang pakai patok-patok ya sudah, susah sekali, kebanyakan kapal sudah. Kalau kita pakai patok begini hanya mengharapkan dipinggir saja. Tidak sama seperti dulu. Dulu kalau patok-patok ngumpulin ikannya capek. Kalau sekarang satu minggu mungkin baru bisa satu dua ekor. Ya pas ketemu datang tahun, ya kita dapat. Kalau tidak ya sudah. Lain dulu, kalau dulu patok dipinggir saja ikannya terbuang begitu, tidak mampu angkat, karena banyak sekali. Sekarang ini nasib-nasiblah”, kata Philipus saat ditemui dirumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai Lampu Satu, Senin, (10/10/22).
Menangkap ikan laut dan udang yang berjarak 5 mil dari bibir pantai, lanjutnya, juga sudah sangat susah ditangkap.
“Dulu patok-patok tahun 80-90 an itu, itu hanya beberapa meter dari pinggir. Sekitar 200 meterlah dari pinggir ini, itu sudah susah angkat. Kalau sekarang lima mil kelaut sana, itupun masih susah, kalau ketemu tempat main sih, ya kita dapat. Kalau tidak ya sudah, kosong begitu. Tahun 90 an sudah mulai susah, karena semang-semang sudah banyak. Daeng-daeng su (nelayan dari Sulawesi sudah) mulai masuk, tahun 2000 an apalagi”, katanya.
Komentar