HMI Dipo Gelar Diskusi Bertemakan Pancasila dan Perempuan

SORONG, – Himpunan Mahasiswa Islam Diponegoro (HMI Dipo) memperingati hari lahir Pancasila dengan melakukan dialog terkait perempuan dengan mengangkat tema “Eksistensi perempuan dalam menyatukan ideologi Pancasila sebagai identitas bangsa di bumi Cendrawasih,” yang berlangsung di Rumah Singgah HBM, Kota Sorong Papua Barat, Selasa (1/6/21).

Johanna K. N. Kamesrar, selaku dosen perpajakan STIE Bukit Zaitun sekaligus sebagai ketua pusat studi pemberdayaan perempuan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan mengatakan bahwa perempuan dan pembangunan merupakan pendekatan pemahaman gender dalam ideologi Pancasila, dimana perempuan merupakan sosok yang melahirkan kehidupan.

“Mengapa demikian karena perempuan adalah sosok yang melahirkan kehidupan, karena perempuan mengandung selama Sembilan bulan Sembilan hari, ialah yang melahirkan kehidupan susah dan senang akan tetapi pada jaman dahulu perempuan selalu di nomor duakan karena kewajiban perempuan hanya dapur dan Kasur tergantung situasi dan kondisinya” terangnya.

Ditahun 1984 sambungnya puncak dari gerakan emansipasi tersebut adalah dengan mengaktifkannya convention of the elimination of all forms of discrimination againt women (CSAW) atau konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan menjadi undang-undang nomor 7 tahun 1984.

 

 

Menurut Johanna pada zaman dulu perempuan tidak bisa duduk di forum-forum resmi karena pada dasarnya tugas perempuan hanyalah mengurus konsumsi, namun sekarang kebanyakan perempuan telah terlihat di ruang publik.

“Dulu perempuan tidak akan bisa duduk di forum-forum resmi, tugasnya hanya mengurus konsumsi di belakang tetapi beberapa dekade dibelakang ini perempuan sebagai tonggak sejarah karena pada saat itu semua laki-laki berperang sedangkan Perempuan yang menyiapkan dapur tetapi sekarang perempuan tidak lagi di ruang-ruang domestik tetapi perempuan kebanyakan berada di ruang publik” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Olha Mulalinda selaku dosen LB IAIN Sorong sekaligus pimpinan redaksi sorongnews.com serta wartawati foto pada LKBN Antara mengatakan fungsi utama dari pemuda adalah sebagai agen perubahan untuk membangun suatu daerah agar lebih baik kedepannya.

“Salah satu fungsi dari pemuda adalah sebagai agen perubahan. Dimana Pemuda wajib merubah mindset, mendobrak paradigma untuk bagaimana caranya membangun bangsa lebih khususnya daerah di Papua agar lebih baik dari sebelumnya,” terangnya.

Menanggapi pertanyaan salah satu peserta, kenapa Perempuan minta kesetaraan, Ia menjelaskan bahwa kesetaraan perempuan dan laki-laki bukan hanya muncul pada saat ini tetapi jauh sebelum Masehi seperti yang tertuang dalam Al-Quran dan hadis. Dimana Perempuan sebenarnya sudah setara dan lebih dimuliakan, terbukti dengan adanya surat khusus Perempuan didalam Al Quran.

“Jadi perempuan tidak minta disetarakan atau disamakan karena isteri nabi pada zaman dulu juga bekerja sehingga kesetaraan perempuan sudah ada pada zaman dahulu. Yang membedakan perempuan dan lelaki hanyalah jenis kelamin dan kodratnya,” ujar Olha.

Pada kesempatan tersebut juga ia menjelaskan panjang lebar mengenai peran jurnalis dalam merawat toleransi yang dijiwai Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Ia mengatakan bahwa Jurnalis adalah orang yang merdeka, independen, tidak berpihak dalam merawat kebangsaan, sesuai Kode Etik Jurnalis (KEJ). Sehingga sangat tidak mungkin jika pekerjaan Jurnalis tidak toleran dalam semangat Pancasila.

“Perempuan itu dari tulang rusuk lelaki, jadi bukan dari tulang punggung atau tulang tengkorak, sehingga perempuan itu adalah pelengkap dan mitra lelaki, karena keberadaannya disamping bukan diatas, dibawah atau dibelakan,”imbuh Johana.

Sementara itu ditambahkan oleh Sara Rabrusun, selaku ketua Kohati HMI Dipo bahwasanya kegiatan dimoment Harlah Pancasila sebagai momentum membangun kembali spirit dan semangat HMI wati dalam tubuh HMI sendiri, dan jika tidak ada Kohati ataupun HMI wati seperti ini maka sampai selamanya HMI wati tidak akan sadar bahwa mereka juga merupakan perempuan yang memiliki peran penting dalam peradaban.

Sesuai dengan tema yang diambil lanjutnya, HMI wati diharapkan mengerti terkait eksistensi seorang perempuan apalagi sampai membuat kegiatan yang bertemakan perempuan kemudian di rayakan pada hari lahir pancasila maka sebagai semangat seorang perempuan yang kemudian hidup di atas bumi, pasti memiliki ideologi yang kuat terkait Pancasila yang merupakan identitas bangsa, sehingga membedakan antara warga Indonesia dengan warga negara asing.

“Ideologi inilah yang menyatukan segala suku dan budaya serta bahasa yang ada di negara Indonesia menjadi satu, dengan merayakan hari kelahiran Pancasila jangan sampai dijadikan seremonial biasa yang kemudian kita keluar dan lupa semua yang telah kita terima saat ini,” tutup Sara.

Kegiatan dialog perempuan ini mendapatkan antusias dari peserta bukan hanya dari HMI tetapi juga OKP dan OKPI lainnya yang turut hadir. Kegiatan ini berakhir dengan pembagian bingkisan bagi pemenang yang menjawab pertanyaaan dan sembari melakukan foto bersama serta makan bersama dengan mengedepankan protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan serta menjaga jarak demi memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19. (Fatrab/oke)

Komentar