SORONG, PBD – Calon Kepala Daerah (Cakada) disandera hingga pesawat terbakar terjadi di kawasan Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong, Kota Sorong, Papua Barat Daya, Kamis (17/10/24).
Kejadian yang terjadi di Bandara terbesar di Papua Barat Daya itu merupakan bagian dari simulasi penanggulangan keadaan darurat.
Dalam simulasi penanggulangan keadaan darurat itu, Cakada disandera dua orang pelaku dengan membawa senjata api dan bom, namun dengan penuh ketegangan, kedua pelaku berhasil dilumpuhkan aparat gabungan dan bom yang dibawa pelaku pun berhasil dijinakkan oleh Tim Jihandak Brimob.
Tak hanya itu, Pesawat Mambruk Air dari Makassar Sulawesi Selatan tujuan Sorong mengalami kecelakaan saat landing di Bandara DEO Sorong, mengakibatkan Pesawat terbakar, sejumlah orang dinyatakan meninggal dunia, puluhan penumpang luka-luka baik luka ringan maupun luka berat dilarikan ke RS terdekat, sementara penumpang selamat segera dilakukan evakuasi menuju rest area Bandara DEO Sorong.
Dalam pelaksanaan simulasi penanggulangan keadaan darurat tersebut melibatkan aparat gabungan TNI-Polri, BIN, KNKT, Direktorat teknis terkait, stakeholder terkait hingga komponen masyarakat. Tak hanya itu, simulasi penanggulangan keadaan darurat ini juga melibatkan Tim Penilaian guna mengevaluasi simulasi itu.
Kepala Bandara DEO Sorong, Cece Tarya mengatakan bahwa, dua dokumen yakni airport emergency plan (AEP) dan airport security program (ASP) merupakan syarat utama yang wajib dimiliki setiap Bandara dalam memastikan kesiapan dalam menangani situasi darurat yang terjadi.
“Ada 2 dokumen yang wajib dimiliki setiap bandara yakni AEP dan ASP, tanpa adanya 2 dokumen ini pesawat tidak akan mau turun ke bandara tersebut,” ujar Kepala Bandara DEO Sorong, Cece Tarya kepada wartawan, Kamis (17/10/24).h
Lebih lanjut, diterangkannya bahwa, kedua dokumen diakuinya wajib diuji setiap tiga tahun sekali melalui simulasi penanggulangan keadaan darurat.
“Masing-masing dokumen-dokumen ini harus diuji, yakni diuji dengan kegiatan ini, untuk bagaimana penanganan ancaman keamanan,” terangnya.
Disambungnya, simulasi penanggulangan keadaan darurat ini dalam rangka menyiapkan kesiapan personel dalam menghadapi insiden yang sewaktu-waktu dapat terjadi di Bandara.
“Ini bertujuan menguji kesiapan personel dan fasilitas untuk menghadapi insiden atau kecelakaan yang terjadi di bandara,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, ditambahkannya bahwa, apabila tingkat darurat sudah berada pada level merah, koordinasi, komunikasi hingga komando dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif.
Dipaparkannya bahwa, pihaknya senantiasa menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan simulasi ini, sehingga sewaktu-waktu terjadi insiden, dokumen ini dapat dilaksanakan dengan baik demi penanggulangan keadaan darurat.
“Penanggulangan keadaan darurat ini bukan hanya tugas dari Bandara saja, melainkan kami membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk menjaga keamanan dan keselamatan penerbangan,” tutupnya. (Jharu)
Komentar