Bahaya HP : Dulu Pergaulan Bebas, Sekarang Berdiam Diri di Kamar Bisa Rusak

SORONG, PBD – Mantan ketua senat mahasiswa IAIN Sorong sekaligus mantan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII), Yusuf Septian Nur Effendy menyoroti dengan serius dan miris terkait kabar menghebohkan tujuh anak laki-laki usia di bawah umur yang menyetubuhi seorang anak perempuan di Sorong.

Menurut tenaga pendidik di salah satu lembaga sekolah, kasus ini menjadi tamparan keras bagi banyak pihak terutama orang tua dan tenaga pendidik. Ia menambahkan lagi, di usia seperti mereka adalah usia belajar dan bermain, bukan melakukan hal yang di luar batas kewajaran seperti itu.

____ ____ ____ ____

Yusuf berpendapat, pengaruh lingkungan dan gadget sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan perilaku seseorang. Ia melanjutkan, tugas orang tua dan pendidik semakin berat di masa sekarang.

“Kalau dulu anak bisa rusak karena hanya pergaulan di sekitar, sekarang zamannya sudah beda. Anak bisa rusak karena hanya berdiam diri di kamar sambil main gadget. Olehnya penting bagi semua pihak untuk berpartisipasi menjaga anak-anak kita”, ucapnya saat di wawancara media ini melalui via whatsapp pada Rabu, (28/5).

Sambungnya lagi, anak yang menjadi korban akan mengalami trauma berat yang sulit untuk disembuhkan bahkan hingga dewasa nanti. Terlebih ia disetubuhi oleh tujuh orang sekaligus. Perlu treatment yang serius dan berkelanjutan untuk memulihkan mental si anak.

Ini baru kasus anak di bawah umur berbeda jenis yang melakukan hal seperti itu. Belum lagi kita harus waspada terhadap hal lainnya. Seperti pengaruh dari eksternal untuk menormalisasi penyuka sesama jenis.

“Jangan sampai ada praktik-praktik penyimpangan seperti itu nanti ke depannya oleh anak-anak kita di Sorong. Karena di berita sudah banyak di berbagai daerah praktik itu terjadi, saya sewaktu belajar di luar Papua juga fokus terhadap kasus-kasus seperti itu soalnya”, sambung Yusuf yang juga adalah alumni S2 salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.

Ia mengajak sekali lagi seluruh komponen masyarakat untuk turut aktif berpartisipasi. Utamanya pengurus rumah ibadah di sekitar tempat tinggal masing-masing. Juga tentunya pihak pemerintah, LSM, dan komunitas/organisasi.

Yusuf menyambung lagi, tugas dinas terkait sekarang untuk berupaya memulihkan mental korban dan berdialog konstruktif bersama pihak keluarga yang bersangkutan masing-masing. Juga tentunya ikut berperan merehabilitasi para pelaku yang masih di bawah umur.

Karena kita hidup di masyarakat yang heterogen, penting untuk para pengurus rumah ibadah membuat kegiatan yang menarik anak-anak untuk sering beribadah. Entah itu dari pihak masjid, gereja, ataupun rumah ibadah dari agama lain. Semua harus turut berperan aktif menjaga generasi muda Sorong.

“Kegiatan keagamaan harus diperbanyak dan menarik minat generasi muda sampai mereka menjadikan rumah ibadah rumah kedua mereka. Jangan sampai para pengurus rumah ibadah hanya sibuk mengurusi pembangunan fisiknya, tapi sampai mengenyampingkan membangun kualitas ruhani dan intelektual jemaahnya. Kalau begitu nanti yang mengisi rumah ibadah di masa depan siapa?”, tutupnya. (**/Oke)

Komentar