SORONG, PBD- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Sorong telah mengeluarkan peringatan dini terhadap potensi puncak musim hujan.
Bersamaan dengan hal inilah BPBD Kota Sorong melaksanakan rapat koordinasi dengan beberapa OPD terkait dan kepala distrik serta kelurahan, di ruang Anggrek kantor Wali Kota Sorong, Papua Barat Daya, Rabu (21/6/23).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sorong, Herlin Sasabone, kepada media mengatakan Rakor berdasarkan surat peringatan dini yang telah dikeluarkan oleh BMKG Sorong.
“Kami lebih berikan pemahaman untuk distrik dan lurah agar menyiapkan warga masyarakat untuk waspada karena kita sudah masuk pada musim penghujan,” ucap Herlin Sasabone.
Herlin bilang, jangan sampai seperti bulan agustus tahun lalu bencana banjir dan longsor, sampai merusak infrastruktur bahkan menelan korban jiwa sampai tiga kali lakukan tanggap darurat.
Bebernya, salah satu pemicu terjadinya banjir dan longsor ialah curah hujan makanya para distrik lurah memiliki peran penting untuk mengingatkan warganya kalau sudah masuk dalam musim penghujan.
Jelasnya, jika hujan berdurasi lama maka daerah rawan genangan air seperti kelurahan sawagumu dan matalamagi tetap terus berjaga-jaga.
“Kalau longsor kita tidak bisa tahu kapan terjadi tetapi tanda-tandanya bisa terlihat seperti air sumur tiba-tiba keruh, retak pada bangunan, tebing-tebing pecah itu masyarakat sudah harus waspada,” tegasnya.
Katanya, jadi apabila sudah terjadi hujan dengan intensitas tinggi lebih baik segera mengungsi ketempat yang lebih aman. Karena longsoran tanah biasa terjadi dengan tiba-tiba.
“Apalagi beberapa hari ini hujan deras terjadi tengah malam, dimana orang tidur intensitasnya tinggi sekali,” terangnya.
Sementara, Koordinator Bidang Observasi BMKG Stasiun Meteorologi Deo Sorong, Laode Bangsawan, menuturkan puncak curah hujan terjadi dipertengahan tahun.
“Hal ini dikarenakan pola hujan di kota Sorong lokal sehingga mungkin berbeda dengan daerah jawa yang puncak hujannya air pada awal tahun,” tandasnya.
Dikatakannya, memang hujan bukan satu-satunya barometer untuk banjir serta longsor tetapi, salah satu hal penting yang mempengaruhi kejadian banjir dan longsor.
Untuk curah hujan secara akumulatif bulanan di periode juni juli intensitas tinggi curah dimana berkisar dari 300-500 mm sedangkan agustus sudah rendah.
“Kalau perharinya dilihat lagi seperti apa kalau lebih dari 50 mm sudah masuk kategori lebat, dan beberapa daerah yang memang rawan banjir ya sudah harus waspada,” pungkasnya.
“Jadi tetap saja waspada yang lebih dari 20 knot lebih dari 25 knot yaitu sekitar 40 km per jam atau lebih, ada kejadian tapi frekuensinya lebih sedikit dibanding akhir atau awal tahun,” sambungnya.
Sehingga diharapkan, masyarakat tetap terus mengantisipasi apabila hujan turun dengan durasi yang cukup lama. (Mewa)
Komentar