SORONG,- Badan Karantina pertanian Kelas I Sorong bersama tim gabungan TNI dan Polsek Pelabuhan berhasil menggagalkan penyelundupan 58 ekor satwa liar yang hendak diselundupkan ke luar Sorong melalui pelabuhan laut Kota Sorong, Senin (28/2/22).
Kepala stasiun karantina pertanian kelas I Sorong I Wayan Kertanegara kemudian menyerahkan satwa liar kepada pihak BKSDA sekaligus Konferensi Pers di stasiun karantina pertanian Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (2/3/22).
Adapun satwa liar yang diserah terima sebagai berikut :
Satwa liar pertama dengan nama ilmiahnya Moreilia Vicidis atau Sanca Hijau Pohon dengan jumlah masing-masing satwa liar Sebanyak 15 ekor.
Satwa liar kedua dengan nama ilmiahnya Apodora Papuana atau Sanca Air Papua satu ekor. Dan ketiga satwa liar Leiopython Albentisi atau Sanca Coklat Papua dengan jumlah masing-masing satwa liar sebanyak 4 ekor.
Satwa liar keempat dengan nama ilmiahnya Varanus Prasinus atau Biawak Rawa dengan jumlah masing-masing satwa liar sebanyak 14 ekor.
Satwa liar ke lima dengan nama ilmiahnya Varanus Prasinus atau Biawak Pohon dengan jumlah masing-masing satwa liar sebanyak 9 ekor. Keenam satwa liar Varinus Macrey atau Biawak Batu sebanyak 3 ekor satwa liar.
Satwa liar ketujuh Varanus Salvadori atau Biawak Bunga Tanjung masing-masing sebanyak 4 ekor. Satwa liar kedelapan Varanus Jobiensis atau Biawak Leher Merah sebanyak 4 ekor.
Satwa liar kesembilan Eclectus Roratus atau Nuri Bayan sebanyak 2 ekor. Satwa liar kesepuluh dengan nama Cricticus Haematodus atau Jagal Papua 1 ekor.
Kemudian Satwa liar kesebelas Trichoglossus Haematodus atau Perkici Pelangi satu ekor. Sehingga jumlah keseluruhan satwa liar yang diamankan pejabat karantina pertanian wilayah kerja pelabuhan Laut Sorong sebanyak 58 ekor. Namun dua diantaranya telah mati.
Dalam keterangan persnya, Kepala stasiun karantina pertanian kelas I Sorong I Wayan Kertanegara mengatakan, mereka berkomitmen untuk selalu bersinergi dan mendukung segala bentuk upaya pelestarian flora dan fauna. Terutama tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi.
Wayan menceritakan kronologis penemuan satwa liar tersebut bermula ketika, petugas karantina pertanian wilayah kerja pelabuhan Laut Sorong memeriksa setiap buruh TKBM yang hendak membawa barang, kemudian ditemukanlah satwa-satwa liar yang dibawa ke dalam kapal Pelni yakni KM. Gunung Dempo yang berlabuh di perairan laut Sorong pada Senin (28/2/22) lalu. Dengan tujuan Surabaya untuk diperjual belikan.
“Jadi ada teman-teman karantina pertanian pelabuhan laut Sorong, disaat melakukan periksaan terhadap buruh TKBM ditemukan satwa liar itu, biasanya mereka bawa ke KP3 laut Sorong karena itu pengamanan pertama. Dan setelah kapal berangkat baru karantina pertanian mengambil satwa liar tersebut untuk dilihat bagaimana kondisinya, karena tidak dilengkapi dengan dokumen karantina,” terang Wayan.
Namun kata dia, ini memiliki pelarangan untuk dibawa keluar Kota Sorong, Papua Barat sehingga sudah pasti merupakan barang ilegal.
“Disitulah kami melakukan penangkapan karena yang bawa satwa liar ini adalah para buruh TKBM, yang tidak paham apakah ini barang berbahaya atau tidak untuk dibawah. Dan sepertinya sudah ada kerjasama di atas kapal dengan para ABK biasanya begitu,” ungkapnya.
Selain penangkapan satwa liar tersebut, ternyata sebelumnya stasiun karantina pertanian kelas I Sorong juga sempat melakukan penangkapan, di kapal KM Sirimau beberapa waktu lalu dan mendapatkan satu ekor satwa liar.
Wayan sangat menyayangkan orang-orang yang tetap memberikan ruang untuk menyelundupkan satwa liar ini ke luar Kota Sorong, Papua Barat. Padahal dirinya telah berulang kali memberikan sosialisasi namun masih saja terjadi. Seharusnya dari pihak kapal bisa menolak pasalnya, kapal Pelni pada umumnya dilarang mengangkut hewan untuk di antar pulangkan. Namun dilain sisi ternyata sebagian kapal Pelni tidak menjalankan kebijakan tersebut.
“Kami tidak tahu, apakah ini dari ABK atau Mualim I ataukah Nahkoda Kapal, nanti kami akan cari tahu ini,” cetusnya.
Wayan sangat mengapresiasi kinerja para petugas di lapangan yang mana bisa menangkap begitu banyak satwa liar, sehingga bisa mengatasi masalah yang sebelumnya terjadi di Makassar dimana satwa liar tersebut ditemukan mati begitu saja.
Dirinya juga berharap dengan adanya kerjasama antara BKSDA, pihak TNI Polri dan kementrian Pelni yang merupakan bagian operasional kapal. Sehingga mereka akan terus melakukan pemeriksaan terhadap para buruh TKBM untuk menyelamatkan satwa liar yang dilindungi.
“Ke depan jangan coba-coba, siapapun dia kami tidak biarkan satwa liar ini di bawa keluar. Karena tugas kami adalah menangkap dan menahan, dan akan diserahkan ke pihak yang berwenang,” ucap Wayan.
Sementara itu ditambahkan kepala bidang teknis BKSDA, Tasliman. Ia mengatakan, penemuan satwa liar ini sudah terjadi beberapa kali, namun saat ditanya tidak ada yang mengaku. Sehingga pihaknya melakukan kerjasama dengan berbagai pelabuhan dan karantina pertanian yang berada di luar Sorong, agar satwa liar ini senantiasa diselamatkan.
Setelah BKSDA menerima satwa liar tersebut, mereka akan melakukan pemeriksaan kesehatan, jika ada yang bisa di lepas liarkan maka dilepaskan.
Kegiatan serah terima satwa liar tersebut, berlangsung dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. (Fatrab)
Komentar