SORONG,- Satuan Tugas (Satgas) COVID 19 Kota Sorong melakukan inspeksi mendadak (Sidak) mendatangi beberapa sekolah di kota Sorong terkait penerapan Protokol Kesehatan di lingkungan sekolah salah satunya di SD Negeri 2 Remu Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (26/8/21).
Terkait sidak yang dilakukan oleh satgas COVID 19, Kepala Sekolah SD Negeri 2 Remu Kota Sorong, Korneles Louhenapessy menuturkan bahwa dalam proses pembelajaran secara tatap muka yang dilaksanakan saat ini telah menaati instruksi dari surat edaran walikota Sorong perihal proses pembelajaran secara tatap muka.
Ditambahkannya bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan pihak sekolah telah melaksanakan rapat koordinasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa yang mana membahas perihal proses pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka tetap dilaksanakan sehingga alhasil keseluruhan orang tua siswa menyetujui perihal tersebut.
Lebih lanjut, Ia menuturkan pihak sekolah telah menyiapkan keseluruhan perlengkapan prokes baik menyediakan fasilitas pencucian tangan hingga penyediaan stok masker dengan jumlah yang mendukung sebelum dilaksanakan proses pembelajaran secara tatap muka di sekolah yang dipimpinnya.
Pihak sekolah telah membagi sesi terkait proses pembelajaran secara tatap muka tersebut kepada sekitar 600 lebih siswa kelas 1 sampai kelas 6 dan disetujui semua oleh orang tua siswa.
“Pihak sekolah telah membagi dua sesi pembelajaran, yakni sekitar pukul 07.30- 09.30 dan 9.30-11.30”, tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Ia menjelaskan bahwa terdapat sebanyak 20 rombel akan tetapi hanya 10 rombel dapat digunakan.
Dalam pantauan satgas dan awak media, terdapat orang tua siswa yang menunggu di halaman sekolah dan pintu gerbang sehingga mampu menimbulkan kerumunan. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu pintu keluar masuk disekolah tersebut.
Sejumlah orang tua siswa yang dijumpai, Nurhayati mengaku mendukung sekolah membuka kembali tatap muka. Karena menurutnya sebagai orang tua tidak sanggup mengajar anaknya dirumah.
“Kalau kita yang ajar itu dorang (kedua anaknya) paling kepala batu dan melawan. Tapi kalau dengan guru dorang paling dengar-dengara. Baru kita juga gak stress kalau mereka sekolah,” terang Nurhayati.
Terkait kerumunan di masa Pandemi COVID-19, Ia mengaku bahwa karena jadwal waktu belajar yang tidak terlalu lama sehingga sebagian orang tua ada yang menunggu di depan sekolah dengan alasan efisiensi. (Jharu/Oke)
Komentar