SORONG, – Ratusan anak muda generasi milenial wilayah Sorong Raya mengikuti kegiatan sosialisasi dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) program Bangga Kencana kerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Komisi IX DPR RI di salah satu hotel Kota Sorong, Papua Barat, Minggu (20/2/22).
Wali Kota Sorong, Lambertus Jitmau dalam sambutannya mengawali dibukanya kegiatan mengatakan bahwa program Bangga Kencana merupakan upaya pemerintah mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat, melalui berbagai kelompok kegiatan di masyarakat yang dalam hal ini difokuskan pada Bina keluarga remaja, oleh karena itu peran Remaja atau milenial sangat penting menerima sosialisasi dan informasi mengenai apa itu keluarga berkualitas.
Ia pun tidak bisa memaksa setiap keluarga untuk membatasi keturunan atau jumlah anak. Ia kembalikan kepada setiap orang yang mau berumah tangga, memiliki anak, untuk mengukur diri dengan kemampuan diri.
“Saya berharap semua peserta anak-anak muda ini bisa mengikuti sosialisasi dengan baik, menjadi ujung tombak informasi keluarga berkualitas. Kita semua berharap bahwa Papua bisa sejahtera, maju, mencerdaskan bangsa dari sabang sampai Merauke yang adalah NKRI. Kami juga NKRI kami hitam tapi sedikit jadi tolong perhatikan kami juga,” ujar Wali Kota disambut tepukan meriah peserta sosialisasi.
Wali Kota Sorong menabuh Tifa sebagai pertanda dimulainya sosialisasi Bangga Kencana/oke
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dapil NTT/II, Emanuel Melkiades Laka Lena yang akrab disapa Melki mengatakan bahwa program Bangga Kencana ini ada hubungannya dengan salah satu fokus utama Pemerintah melalui kementerian kesehatan yaitu penurunan angka stunting sebagai upaya penguatan program bangga kencana.
Indonesia saat ini menurutnya sedang mengalami bonus demografi dan surplus lansia karena semakin meningkat dengan pelayanan kesehatan yang semakin bagus. Salah satu Program Keluarga Berencana adalah melihat 1000 hari pertama kehamilan terutama perhatian antisipasi kematian Ibu dan Bayi baru lahir. Anggaran Kemenkes sekitar 80 persen untuk penanganan program ini termasuk stunting di dalamnya.
“Sama dengan harapan Bapak Wali Kota tadi, Kami berharap peserta bisa membantu pemerintah, menjadi juru bicara di lingkungannya terkait keluarga berkualitas, keluarga berencana sehingga dapat terhindar dari kondisi stunting,” harap Melki.
Ditambahkan Direktur Bina Akses Pelayanan KB BKKBN RI, Dr. Zamhir Setiawan dalam pemaparan materinya bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada Balita sejak kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak yang disebabkan kurangnya gizi kronis menahun yang menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari standar tinggi Balita pada umumnya.
Hadir pula dalam kegiatan sosialisasi Sekda Kota Sorong, Yacob Kareth, perwakilan BKKBN Provinsi Papua Barat, Baso Pikres, Kepala PP dan KB Kota Sorong, Kepala PP dan KB Kabupaten Sorong dan tamu undangan lainnya dilakukan dengan protokol kesehatan yaitu wajib antigen dan mengakses aplikasi peduli lindungi sebelum memasuki ruang pertemuan. (Oke)
Komentar