MERAUKE, PAPUA SELATAN – Pengumuman pemenang atau hasil desain terbaik logo Provinsi Papua Selatan oleh panitia pada Rabu (26/4/23) di Gedung Negara, Kantor Gubernur Papua Selatan lalu, menjadi momentum paling mendebarkan dan tak disangka bagi seorang pemuda asal Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Ia adalah Ramdan. Putera kelahiran Merauke, 22 Februari 1995 ini lulusan S1 Teknik Arsitektur Universitas Musamus (Unmus) yang berhasil menorehkan prestasi meraih juara 1 sayembara desain logo atau lambang daerah Provinsi Papua Selatan (PPS).
Sekaligus menerima hadiah yang diserahkan secara simbolis oleh Penjabat (Pj) Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo.
“Tidak menyangka akan mendapatkan terbaik 1 dalam sayembara logo PPS,” tutur pemenang logo PPS, Ramdan kepada Sorongnews.com, Minggu (30/4/23).
Sosoknya yang tenang dan bersahaja seperti anak-anak muda lainnya yang lahir dan besar di Bumi Anim Ha, mampu bersaing dengan para seniman atau desainer grafis handal dari 4 kabupaten di Papua Selatan meliputi Merauke, Boven Digoel, Asmat dan Mappi.
“Alhamdulillah saya menang (sayembara logo PPS, red). Tanpa orang dalam, tanpa kenalan, tanpa politik, dan tanpa kepentingan pribadi apapun. Saya sangat bersyukur akan hal ini,” ungkap Freelancer Architect penuh haru.
Ramdan menjelaskan, tergerak hatinya untuk mengikuti sayembara desain logo daerah Papua Selatan berawal saat melihat pamflet atau selebaran dimedia sosial terkait sayembara dan mendapatkan dukungan dari beberapa keluarga serta teman yang menghubungi melalui watshap.
“Karena mereka tau bahwa saya suka mendesain. Bahkan, saya juga suka mengikuti sebuah kompetisi,” ujar Project Manager di salah satu perusahaan Konstruksi Merauke.
Siapa sangka? Setelah media ini mengulik kisah hidup Ramdan. Dia adalah buah hati warga eks Transmigrasi 1994 di Bupul 5 yang kemudian pindah menjadi warga Distrik Jagebob 1995 ini telah mengharumkan nama Merauke yang tak diketahui banyak publik.
Meski karya-karya Ramdan sebenarnya diakui ditingkat Kabupaten Merauke, provinsi Papua induk bahkan ditingkat nasional.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SD Inpres Seringgu Merauke 2007, Ramdan mulai menampakkan talenta bakatnya.
Diantaranya, Juara 1 lomba menggambar tingkat SLTP dalam rangka peringatan hari lahan basah se-dunia yang diselenggarakan Direktorat Konservasi Kawasan Ditjen PHKA bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Wasur mewakili SMP Negeri 2 Merauke pada 2008.
Ramdan pernah mewakili Kabupaten Merauke dalam kegiatan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLSN) tingkat Provinsi Papua di Jayapura 2008.
Lagi-lagi, Ramdan memperoleh juara 3 lomba karikatur yang digelar TLC kerjasama dengan SMK Negeri 1 Merauke 2013.
Ramdan kembali menyabet juara harapan 1 lomba lukis poster tingkat SLTA dalam rangka memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan ke-66 yang digelar Pemkab Merauke 2011 mewakili SMA Negeri 3 Merauke.
Ramdan juga menerima banyak piagam penghargaan. Salah satunya, pencipta maskot Pertikabumi Merauke dari Dewan Saka Taruna Bumi Merauke 2012.
Bahkan, Ramdan masuk dalam daftar 10 besar lomba desain poster Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2017 oleh KPAK.
Selain itu, memboyong juara 2 lomba poster dalam menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua XX/2021 pada 2019 oleh Pemkab Merauke serta masih banyak pencapaian didunia desain arsitektur.
Ramdan mengakui, sejak kecil sudah hobi menggambar sehingga sering mengikuti lomba melukis.
Baginya, kompetisi adalah wadah untuk mengasah kemampuan. Jika mendapatkan kemenangan itu merupakan sebuah bonus dari usaha kita.
“Jelas saya sangat antusias dalam sayembara desain logo ini mengingat sayembara jarang sekali dan hampir tidak ada diwilayah Papua Selatan,” lugas pria peranakan Padang dan Jawa.
Menurutnya, melalui sayembara itu talenta warga Papua Selatan telah dijunjung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Selatan melalui panitia sayembara desain logo PPS.
Masyarakat diberi kesempatan untuk berpartisipasi dan bisa terlibat langsung dengan Pemprov Papua Selatan membuat logo daerah kebanggaan.
Dalam pembuatan logo Provinsi Papua Selatan yang berlangsung selama 6 hari tidak mengalami kendala. Dimana 3 hari digunakan untuk riset dan 3 hari lainnya digunakan untuk mendesain.
Buah pemikiran sendiri itu kemudian dirangkum dari angan dan cita-cita Provinsi Papua Selatan. Selanjutnya, dituangkan kedalam sebuah seni visual grafis.
Konfirmasi desain dilakukan saat tahap presentase dihadapan juri yang mewakili 4 kabupaten di Provinsi Papua Selatan sejak pukul 15.15 WIT hingga 21.00 WIT pada 18 April 2023.
“Begitu lama poses presentase kami karena sangat detail dan telitinya dewan juri dalam melakukan tanya jawab,” aku Ramdan.
Dikatakan, dari desain original milik Ramdan yang terpakai hanya sekitar 80 persen dan disempurnakan oleh Pemprov Papua Selatan sebanyak 20 persen.
“Logo hasil buah pemikiran saya itu sekarang sudah resmi menjadi milik Pemprov Papua Selatan. Kemudian disempurnakan lagi oleh Pemprov Papua Selatan,” tegasnya.
Rasa senang dan bangga Ramdan semakin memuncak kala logonya resmi digunakan dan ditampilkan dalam kegiatan upacara peringatan hari otonomi daerah di anjungan City Makassar Pantai Losari, Sulawesi Selatan, Sabtu (29/4/23).
Identitas dan filosofi lambang daerah Papua Selatan penuh makna yang tertuang dalam simbol-simbol berupa tameng/perisai, 4 anak panah melesat keatas, 4 akar pohon terhubung saling silang, 4 helai daun sagu, bintang, ujung tombak merah putih mengarah keatas, berlian dan 5 sudutnya, padi 30 buah dan kapas 6 buah, serta pola tifa bertuliskan maju negeriku.
Analoginya diambil dari bentuk bunga teratai yang melambangkan reinkarnasi,
kelahiran dan kebangkitan PAPUA SELATAN.
“Logo ini saya persembahkan untuk Provinsi Papua Selatan dengan segala keterbatasan yang saya miliki,” kata suami Annisa Eka Qolbida (27) dan ayah dari Navya Shanum Azzahra (3).
Berbicara tentang sebuah karya, sambung Ramdan, karya tidak selalu dilihat dari hasilnya karena karya itu tentang bagaimana prosesnya.
“Sebuah karya tercipta dari perasaan. Jika ada yang tidak suka dengan sebuah karya itu hal yang wajar terjadi dan itu pasti terjadi. Saya sebagai pembuat logo hanya manusia biasa, bukan malaikat. Jika ada kesalahan itu hal yang selalu melekat didalam manusia,” ucapnya.
Jika ada pujian dan kritikan kepada sebuah karya, imbuh Dia, maka itu akan menjadi pembelajaran.
Namun ada baiknya, sebelum mengkritik harus memahami terlebih dahulu makna dan filosofi terkait sebuah karya. Dengan demikian, kritikan atau masukan yang diberikan dapat terarah.
“Asal menebak sebuah karya, menjatuhkan, menbandingkan, itu semua juga hal yang sering terjadi. Saya anggap hal itu wajar karena manusia makhluk visual. Dapat melihat dan menilai apapun dimanapun berada,” kata Ramdan.
Dia berharap, setiap diri harus lebih teliti dalam menilai sesuatu. Dikaji lebih dalam dan lebih jauh lalu menilai.
“Jangan memperolok-olok sebuah karya hanya karena sebuah ego dan emosional semata. Saya percaya dan yakin bahwa masyarakat Provinsi Papua Selatan adalah manusia yang kuat, cerdas dan penuh kasih sayang sesuai filosofi berlian,” pesannya.
“Terima kasih kepada semua kalangan yang telah memberikan dukungan, kritikan membangun, masukan positif/bijak sehingga menambah pengetahuan dan wawasan untuk kedepan lebih baik lagi,” tandas Ramdan. (Hidayatillah)
Komentar