YOGYAKARTA, – Sejak 2016, Imam Muhlas mulai menggeluti dunia persampahan dengan mendirikan Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan (BSMKH). Mendapatkan tantangan terberat dari istri dan keluarga besar, Imam Muhlas perlahan memberikan pengertian kepada keluarga terdekatnya untuk memahami aktivitas sosialnya.
Namun ada sebuah filosofi peninggalan mantan Presiden keempat Gus Dur yang membuatnya konsisten bergelut dalam dunia persampahan. Ia pun membentuk komunitas yang diberikan nama Masyarakat Sadar Lingkungan (My Darling).
“Saya terinspirasi filosofi dari Presiden keempat, Gus Dur yaitu saat lahir semua orang tertawa melihat kita, kalau Kita meninggal sebisa mungkin orang-orang disekitar kita menangis dan kitanya tertawa. Menangis karena dikenang, tertawa karena pahala yang terus mengalir,” ucap Muhlas saat menceritakan kisah kepahlawanannya pada kegiatan media gathering PT Pertamina EP Cepu di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta, Minggu (24/9/23).
Ia mengatakan awal mulanya Ia hanya sebatas mengumpulkan dan memilah sampah, sehingga tak jarang yang memanggilnya pemulung atau tukang rongsokan. Namun sejak tahun 2017 Ia mulai memasukan sejumlah proposal ke perusahaan swasta maupun BUMN guna mendukung usahanya.
Ia menolak minta bantuan pemerintah daerah setempat, karena khawatir gagal dan dibicarakan masyarakat sekitar. Gayung bersambut, PT Pertamina EP Cepu menjawab proposal dengan melakukan pendampingan mulai dari pengenalan organisasi, pelatihan, bantuan kendaraan roda 3, rumah pilah sampah dan mesin pembakaran sampah plastik serta studi tiru di desa lain hingga pemasaran produk Maggot atau larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF).
“Kelola sampah tidak hanya berbicara soal kesadaran pribadi. Sampah itu yang penting dari rumah pindah ke TPA, paradigma baru yaitu sampah ke TPA lebih sedikit, misalnya sampah kresek, botol plastik ini dipilah sebelum dibuang ke TPA. Ini terus kami sosialisasikan ke warga maupun sekolah. Bersyukur bisa bertemu PT Pertamina EP Cepu. Mereka dengan telaten (sabar) mendampingi kami dalam berorganisasi, memberikan akses pelatihan, fasilitas dan biaya operasional kami dari dana hibah bukan pinjaman. Meski pasang surut juga kami alami dalam menjalankan misi kemanusiaan ini,” tutur Pria kelahiran Bojonegoro 10 April 1988 tersebut.
Benar, bukan perkara mudah membangun semangat warga desa dan pekerja di “bisnis kotor” memilah dan mengolah sampah menjadi produk ekonomis di desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur.
Dimana, saat ini ada 11 anak muda dan sekitar 15 ibu-ibu yang ikut mengelola sekitar 17 ton sampah tiap bulannya. Tidak mudah membangkitkan semangat mereka akibat bekerja yang tak digaji tetap itu. Penghasilan relawan ujung tombak kebersihan di desa itu bergantung pada hasil penjualan Telur Manggot, Manggot basah dan Manggot kering yang dijual Rp6000 per kilogram dan Manggot kering dibandrol Rp60.000 per kilogram. Penjualan Manggot sendiri sementara mencukupi untuk wilayah Bojonegoro dan beberapa Kabupaten lainnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Ayah dari satu orang Putra ini menyatakan Manggotnya memiliki kelebihan lebih unggul dibandingkan Palet pakan ternak maupun budidaya ikan air tawar yaitu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan lebih disukai oleh ternak unggas atau ikan. My Darling saat ini menjadi salah satu desa percontohan pengelolaan sampah yang berhasil membayar Pajak Bumi Bangunan (PBB) 350 Kepala Keluarga di desa tersebut. Semuanya berawal dari menabung sampah organik maupun sampah anorganik di BSMKH.
Selain itu, dari sampah Ia dan kelompoknya berhasil menciptakan sumber daya energi terbarukan dari limbah sampah plastik. Dimana limbah sampah plastik dan styrofoam dibakar melalui mesin khusus untuk diubah menjadi plastik BPA dan mengeluarkan gas metan dari hasil plastik yang meleleh tersebut. Dari situ terjadi proses penguapan dan hasil penyulingan tersebut diperoleh bahan bakar alternatif setara Solar yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan operasional BSMKH.
“Saya berharap energi terbarukan ini bisa diteliti lebih mendalam dan dapat menjadi salah satu alternatif bahan bakar sekaligus dapat mengurangi sampah plastik,” harap Muhlas.

Dikutip dari databoks.katadata.co.id sesuai data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022.
Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 39,63% di antaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga.
Sumber timbulan sampah nasional terbesar berikutnya berasal dari perniagaan, yakni 21,07%. Kemudian 16,08% timbulan sampah berasal dari pasar.Ada pula 7,14% timbulan sampah yang berasal dari kawasan komersial/industri/kawasan lainnya, 6,82% dari fasilitas publik, 5,96% dari perkantoran, dan 3,3% berasal dari sumber-sumber lainnya.Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Diikuti sampah plastik dengan proporsi 18,55%.
Senior Manager Relation PT Pertamina Upstream Regional IV, Fitri Erika mengatakan bahwa PT Pertamina EP yang merupakan bagian dari PT Pertamina Hulu Energi maupun anak perusahaan PT Pertamina lainnya sangat serius dalam menggarap Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan terhadap pemberdayaan masyarakat.
(Olha Irianti)
Komentar