SORONG,- Kata sampah memang sudah tidak terdengar asing lagi di telinga kita. Mendengar kata sampah seperti mendengar hal yang sepele. Kendati demikian kata sampah yang terdengar sepele itu, justru akan berdampak negatif bagi keberlangsungan hidup sehari hari. Salah satu dampak daripada sampah sendiri seperti mendatangkan banjir, membuat kotor lingkungan, dan mengganggu kesehatan.
Di Indonesia sendiri sampah sudah menjadi buah dari permasalahan yang tak kunjung usai hingga detik ini. Bahkan bukan hanya di kota-kota besar, kota-kota kecil pun semakin hari semakin ‘maju’ dengan sampah.
Seperti halnya Kota Sorong Papua Barat sendiri, sampah yang kian hari semakin meningkat karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Walaupun sudah beribu-ribu kali digalakkan dengan slogan “buanglah sampah pada tempatnya” hingga saat kini masih banyak masalah yang ditimbulkan oleh sampah.
Bahkan terlihat dibelakang simpangan jalan mall Mega Kota Sorong Papua Barat, dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, hal ini justru membuat risih pengguna jalan, pasalnya setiap melintasi area tersebut selalu di sambut dengan bau yang tak sedap dan membuat rusak pandangan mata.
Hal tersebut membuat seorang pria kelahiran Manado, Fredy namanya, diusia tak lagi muda kesehariannya selalu dihabiskan untuk memulung sampah sejak tahun 2019 hingga saat ini. Fredy menceritakan dulunya Ia di percayai untuk menjadi seorang RT di Distrik Malaisimsa, Kelurahan Malaingkedi di Kilometer 8 Belakang Diklat. Disaat berakhir masa jabatannya, Ia lebih tertarik menjadi pemulung sampah ketimbang menjadi pekerja kantoran. Setiap sampah yang berserakan di jalanan selalu di pungut, tak hanya itu Ia rela habiskan waktunya 24 jam demi mendapatkan sampah.
“Saya memilih jadi pemulung dari tahun 2019 dan masih bertahan sampai sekarang, walaupun saya pernah jadi RT. Semua orang gengsi ambil sampah untuk kebersihan disini, terpaksa saya terjun karena saya sebagai tokoh masyarakat, atau RT dan memberikan contoh yang baik. Dan sekarang apa yang terjadi mau cewek mau anak kecil, mau kakek atau nenek semua berkerumun di sampah, dari pada pergi bajak orang dan minta di jalanan,” ungkap Fredy saat ditemui di Belakang Diklat, Kilometer 8 Kota Sorong, Papua Barat, Senin (21/2/22).
Dikatakan Fredy, menjadi pemulung sampah bukan sebuah pekerjaan haram, namun secara tidak langsung berbuah amal.
“Kita pergi bantu orang untuk buang sampah mereka, walaupun itu kita ambil untuk kita, terus kita pergi lagi ambil di jalanan, kan secara tidak langsung kita sudah membantu pembersih jalan, dan disitulah Tuhan catat amal kita,” sambung Fredy.
Ia mengatakan setiap sampah yang dikumpulkan bisa mencapai 12 hingga 16 karung dalam kurun waktu 3 hingga 5 hari, barulah Ia tukarkan ke bank sampah. Tentu dari sekian banyak sampah yang Fredy kumpulkan mengahasilkan uang sebesar Rp 1.000.000 hingga Rp 1.200.000 bahkan bisa mendapatkan dibawa dari Rp 800.000 dan uang tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
“Karung sampah yang dipakai di beli seharga Rp 15.000 dengan muatan 20 kilo sedangkan yang sedang paling tinggi 8 kilo atau 6 kilo, kalau saya serius cari sampah paling tiga hari saya sudah dapat sampah sebanyak 8 karung muatan 20 kilo,” terang Fredy.
Terdapat beberapa varian sampah yang Fredy kumpulkan untuk di jual seperti, sampah plastik, sampah karton dan botol minuman.
Ia dengan sepenuh hati berharap kepada dinas perdagangan agar turut membantu bank sampah dalam artian, terdapat penetapan standar harga sehingga tidak terdapat permainan harga dan timbangan dalam waktu ke waktu, pasalnya hal tersebut membuat dirinya sangat merasa rugi dengan permainan harga maupun timbangan tersebut.
“Pernah saya timbang disini dapat 1 kilo setengah lalu saya bawa ke bank sampah ditimbang ternyata tidak sama, sehingga saya harap ada pantauan dari dinas perdagangan terkait perkembangan, supaya konsumen yang mau timbang tidak ragu-ragu dan tidak merasa rugi,” terangnya.
Fredy berharap semoga dengan memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) ini, kita semua semakin sadar dan dapat menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan akan sampah, dan bukan sekedar seremonial peringatan. Selamat Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang tepatnya jatuh pada tanggal 21 Februari 2022. (Fatimah Rabrusun)
Komentar