“Akar kepahitan yang berkepanjangan ini, kita doakan. Setiap perkara diantara mereka, setiap dendam keluarga marga yang tidak terselesaikan masalah batas tanah yang tak terselesaikan masalah pembunuhan yang tak terselesaikan masalah asusila perzinahan, narkoba, miras di kalangan remaja generasi Moi agar dapat semua terselesaikan dalam hidup kami sebelum sahabat perkabaran terang Kristus datang dan orang mau ingin membebaskan diri dalam sebuah pengampunan. Kami berharap agar ada perdamain satu pemahaman pendapat visi dan misi, harus bersaksi atas nama Tuhan bahwa kita satu,” terang Isak.
Suku Moi pun bersiap menyiapkan sebuah peraturan daerah khusus terkait kearifan lokal suku Moi. Sebagai suatu bentuk regulasi kepada suku Moi agar hak sebagai pemilik tanah tidak diabaikan.
“Kami siap untuk suatu perda khusus Moi. Tahun berikut kami akan lebih bersatu. Harus kami perjuangkan dan
Memberikan mandat untuk segala hak dan aturan kami diperdakan,”imbuh Isak.
Kegiatan yang awalnya bakal diikuti ribuan orang itu, terpaksa harus dibatasi oleh panitia dengan kapasitas maksimal 150 orang, mengingat masih di masa pandemi Covid 19 dan tetap mengikuti protokol kesehatan yaitu menggunakan makser, mencuci tangan, mengecek suhu tubuh dan menjaga jarak. (Oke)
Komentar