“Kalau mereka bilang akan menutup dan tidak terima di demo. Kita akan tetap datang, sewaktu-waktu ada kebijakan baik di pusat maupun daerah yang mengganjal. Kita tidak akan mundur. Terlihat mereka tidak bisa mengayomi masyarakat. Kami datang mewakili suara masyarakat dan demokrasi itu memang butuh pengerobanan. Saya berharap kedepannya terutama Ketua DPRD dan pak Lambert Jitmau yang memganggap bahwa aksi mahasiswa ditunggangi maka Saya harap kedepan lebih jeli melihat apa yang disampaikan mahasiswa. Kami bukan aksi masa setingan atau bayaran. Terkait soal Audiens, Kami sudah sering minta tapi tidak diterima dan tidak didengarkan. Ini seperti memutar balik bahasa. Kinerja dewan mengurus masyarakat dan wilayahnya jangan terbawa perasaan,” terang Yusup.
Senada dengan Yusup, Presma BEM IAIN Sorong, Ismail Saleh menyesalkan kebijakan DPRD yang menutup pintu akses demokrasi dengan tidak menerima aspirasi mahasiswa terkait kebijakan publik
“Sebagai mahasiswa dan perwakilan masyarakat mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi baik itu aspirasi tingkat daerah maupun di tingkat pusat yang memang pada tujuannya tetap larinya ke DPRD. Seharusnya DPR daerah menerima dengan lapang dada aspirasi masyarakat di daerah untuk kemudian diteruskan ke tingkat provinsi bahkan pemerintah pusat. Itu salah satu fungsi DPRD sebagai penyambung lidah rakyat bukan lidah elit politik,” sesalnya.
Komentar