SORONG, – Presiden Mahasiswa (Presma) BEM Politeknik Saint Paul, Yusup G Goram mengecam keputusan DPRD yang menutup pintu demokrasi melalui aksi demonstrasi.
Ia mengatakan bahwa aksi pelemparan kaca kantor DPRD adalah bentuk kekecewaan mahasiswa dan masyarakat karena tidak berhasil bertemu dengan Ketua DPRD.
“Kemarin yang memicu mahasiswa kacau karena ketua DPRD tidak ditempat. Mahasiswa diputar-putar dan birokrasi mau bertemu wakil rakyat. Padahal tujuan mereka hendak menyampaikan aspirasi. Itu adalah bentuk kekecewaan mahasiswa yang jauh-jauh jalan panas mau bertemu wakil rakyatnya malah dipersulit bertemu wakil rakyat. Selain itu, tindakan itu karena reaksi spontan dan perlawanan usai ditembaki gas air mata oleh pihak Kepolisian. Kita juga hanya lempar kantor DPRD bukan lempar rumah warga. Kantor DPRD kan dibangun dengan uang rakyat dan kami datang bersuara untuk kepentingan masyarakat,” terang Yusup.
Ia mengatakan bahwa kebijaka DPRD yang akan menutup pintu untuk demonstrasi dianggap melemahkan demokrasi dan terlihat pimpinan dewan dan anggota dewan Baper (terbawa perasaan) terhadap aksi mahasiswa yang tidak siap dikritik oleh mahasiswa dan masyarakat.
Komentar