LMA Papua Barat Daya Go To Business: Dorong Ekonomi Masyarakat Adat Lewat Media dan Digitalisasi

SORONG, PBD – Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Papua Barat Daya kini memasuki babak baru dengan mengusung program “LMA Go To Business”, sebuah gerakan strategis untuk memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat adat melalui kolaborasi media dan pemanfaatan teknologi digital.

Dalam diskusi publik yang dipandu Pemimpin redaksi sorongnews.com Olha Irianti Mulalinda bertajuk tema “Peran Media dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Adat di Papua Barat Daya” digelar di salah satu hotel Kota Sorong, Sabtu (27/9/25).

Ketua Harian LMA Papua Barat Daya Franky Umpain menegaskan bahwa LMA bukan hanya pelestari adat, tetapi juga motor penggerak ekonomi kerakyatan.

“LMA hadir sebagai mitra strategis pemerintah sekaligus penjaga peradaban orang asli Papua. Kini, saatnya kita melangkah lebih jauh dari menjaga identitas menuju mengelola potensi ekonomi berbasis adat dan budaya,” ujarnya.

Franky mencontohkan kiprah LMA Papua Barat di Manokwari yang telah berusia 12 tahun. Lembaga tersebut sukses mengembangkan sejumlah unit usaha, salah satunya Topnews yang bergerak di bidang media massa dan multimedia.

Sebagai penggagas Barisan Merah Putih, Franky bermimpi kehadiran LMA Papua Barat Daya yang baru berusia 2 tahun bisa semakin membesarkan kiprah lembaga adat. Beberapa usaha yang telah digagas di antaranya bisnis air filter, produksi pakaian, hingga Koperasi Merah Putih.

“Koperasi ini kami harapkan dapat menjadi salah satu penyalur kebutuhan program MBG (Merah Putih Bangkit Gemilang), sehingga masyarakat adat benar-benar punya akses dan peran langsung dalam dunia usaha,” jelasnya.

Pria berusia 41 tahun asal Misool Kabupaten Raja Ampat ini menekankan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat adat, khususnya generasi muda, agar lebih berani masuk ke dunia usaha. Menurutnya, seni, budaya, dan teknologi dapat menjadi pintu masuk untuk mengembangkan ekonomi kreatif berbasis lokal, yang kemudian dipasarkan melalui platform digital.

“Digitalisasi bukan ancaman, melainkan peluang. Dengan media sosial, e-commerce, hingga platform digital lainnya, produk lokal kita bisa menembus pasar lebih luas, bahkan dunia,” ungkapnya.

Diskusi publik ini juga menyoroti pentingnya media dalam mendukung transformasi ekonomi masyarakat adat. Media dianggap memiliki kekuatan untuk mengangkat potensi lokal, membangun citra positif, sekaligus menjadi ruang edukasi dan advokasi.

Franky menegaskan, sinergi dengan pemerintah, swasta, komunitas, dan media merupakan kunci utama.

“Media harus menjadi mitra perubahan, bukan sekadar penyampai berita. LMA butuh media yang hadir di tengah masyarakat adat, menyuarakan keberhasilan mereka, dan memberi inspirasi untuk tumbuh,” tegasnya.

Selain memimpin LMA Papua Barat Daya, Franky juga dikenal sebagai salah satu penggagas kursi Otsus pengangkatan di DPR, yang kini dirasakan manfaatnya oleh banyak masyarakat adat. Ia pernah dipercaya sebagai staf khusus Presiden, dan hingga kini tetap konsisten memperjuangkan hak-hak serta kemandirian orang asli Papua.

“LMA akan terus hadir menata perubahan peradaban orang asli Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan fondasi ekonomi adat yang kokoh,” tandasnya.

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Musyawarah Daerah (Musda) perdana Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Papua Barat Daya, yang menghadirkan jurnalis, akademisi, dan tokoh masyarakat. (Jharu)

Komentar