IAIN Sorong Laksanakan FGD Membahas Manuskrip Kuno Islam di Papua Barat

Ada dua materi yang disampaikan dalam kesempatan itu. Pertama, Manuskrip Kuno Islam di Maluku. Sedangkan kedua, Manuskrip Kuno Islam di Papua Barat. Kesimpulannya, masalah Manuskrip dimanapun akan sama. Akses ke pemilik untuk menelitinya, akan menjadi upaya utama untuk inventarisir manuskrip itu sebelum pemanfaatannya untuk tujuan ekonomis atau edukatif.

“Dengan adanya Pusat Kajian Papualogy ini diharapkan, bahwa pemecahan masalah di Papua bukan hanya melalui pendekatan militer, melainkan melalui pendekatan etnografi, sosiologi dan filologi serta kodikologi,” harap Muhammad Jumaan sebagai narasumber tunggal dalam FGD tersebut.

__

“Sebaiknya dipersiapkan SDM Muslim dari suku yang ada di Papua Barat ini sebagai pakar Sejarah Islam dan pakar Manuskrip Islam Papua Barat sehingga ini akan bermanfaat bagi perkembangan suku asli Papua yang Muslim tersebut. Termasuk, kajian mengenai bahasa dan tradisinya. Bisa dari suku Kokoda atau suku Irarutu,” ucapan penutup dari pakar bahasa-bahasa kuno tersebut.

Beberapa pertanyaan diajukan terkait kata “Nuu Waar”, sosok Imam Abdurrahim Rafana, perseteruan antar Negeri di Maluku dan solusi penanganannya serta inventarisir naskah Manuskrip Kuno di Papua Barat. Semua pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh narasumber dengan alternatif pendekatannya. Acara kemudian ditutup dengan closing speech oleh Rektor.

Hadir dalam acara selama hampir tiga jam tersebut, seluruh pejabat teras IAIN Sorong. Selain Rektor Hamzah, juga Direktur Pasca Sarjana Surahman Amin, Direktur Pusat Linguistik Hasbi, Syamsuddin, Rosdiana, Wati Hikmawaty dan para doktor lainnya dengan spesialis kajian masing-masing. [Rilis]

Komentar