Dosen Unimuda Latih Warga Kelola Limbah Pertanian dan Peternakan di Klasuluk Kabupaten Sorong 

KABUPATEN SORONG, PBD – Dalam menciptakan inovasi baru ditengah-tengah masyarakat, dosen Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong (Unimuda) memiliki cara unik yakni pengelolaan limbah pertanian dan peternakan.

Pengelolaan limbah pertanian dan peternakan itu diajarkan dosen Unimuda kepada puluhan warga di Kelurahan Klasuluk, Distrik Mariat, Kabupaten Sorong.

____ ____ ____ ____

Salah satu fasilitator pelatihan, Muhammad Andika Prasetia mengatakan bahwa, pengelolaan limbah pertanian dan peternakan yang diajarkan kepada masyarakat di Kelurahan Klasuluk merupakan implementasi dari program pengabdian kepada masyarakat.

“Ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat, kami melakukan beberapa program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, sehingga melahirkan beberapa inovasi. Tentunya kami mulai dengan pelatihan pembuatan POC atau pupuk organik cair dari limbah sayuran, diambil dari limbah yang busuk untuk pembuatan POC yang kemudian manfaatnya digunakan sebagai pupuk cair atau penyemprotan,” ucap Salah satu fasilitator pelatihan, Muh. Andika Prasetia, Jumat (11/10/24).

Lebih lanjut, diterangkannya bahwa, selain berinovasi dengan pembuatan POC, pihaknya melakukan pembuatan pupuk padat yang diambil langsung dari kotoran sapi.

“Selain pembuatan POC, kami berinovasi melakukan pembuatan pupuk padat yang diambil langsung dari kotoran sapi,” terangnya.

Diakuinya bahwa, dalam pembuatan pupuk padat, diambil langsung dari kotoran sapi yang nantinya melalui fermentasi beberapa minggu, selanjutnya diolah dan dicampur dengan sisa makanan yang dicacah dengan mesin cacah, kemudian dicampur dan dikasih dedak.

“Proses ini berlangsung kurang lebih sampai jadi itu 2 sampai 3 bulan tergantung pada cuaca,” beber Dosen Peternakan Unimuda itu.

Pada kesempatan itu, dijelaskannya bahwa, pihaknya turut memberikan pelantikan dan pengajaran terkait pembuatan silase kepada masyarakat setempat.

“Dalam pembuatan silase ini, diambil dari sisa-sisa rumput yang masih bagus kemudian diolah menjadi silase,” ujarnya.

Disambungnya, dari rumput tersebut dibuat menjadi silase, dengan dicacah rumputnya, baik itu dengan parang atau dengan mesin pencacah, selanjutnya nantinya setelah itu dimasukkan kedalam drum atau karung besar yang kedap udara.

“Setelah dimasukkan rumput, selanjutnya dicampur dengan dedak halus setelah itu dicampur dengan EM4 atau aktivator lain yang ada mikrobanya, yang diisi sampai penuh hingga tidak ada udara yang keluar setelah itu ditutup dan ditunggu selama dua minggu,” lanjutnya.

Dipaparkannya bahwa, setelah menunggu selama dua minggu, kemudian dibuka drum atau karung tersebut, jika tidak berjamur dan berlendir serta warnanya kecoklatan maka proses pembuatan silase telah berhasil dan dapat digunakan untuk pakan ternak.

Diakuinya, dalam menjalankan program-program inovasinya, dirinya turut dibantu dua rekan dosen lainnya yakni Nursalim Dosen dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan Aci Aprianto Dosen dari Prodi Agribisnis.

“Program ini maksimalnya kita lakukan selama 8 bulan di Kelurahan Klasuluk ini, namun jika sebelum 8 bulan kita sudah selesaikan dan sukseskan program-program ini maka tidak kami lanjutkan, dengan catatan inovasi yanh kami buat terus dilanjutkan oleh masyarakat disini,” bebernya.

Dirinya berharap, melalui berbagai program inovasi yang dilaksanakan dapat memacu terhadap peningkatan kualitas SDM yang memiliki inovasi tinggi do wilayah tersebut.

“Meski terdapat beberapa kendala, namun antusias masyarakat dalam program inovasi kami ini amat tinggi, sehingga program inovasi yang kami ajarkan dapat terus dilanjutkan guna menjadi nilai jual bagi masyarakat,” tutupnya. (Jharu)

Komentar