SORONG, — Coral Reef Rehabilitation and Management Program – Coral Triangle Initiative / Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang — Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (COREMAP-CTI) yang diimplementasikan oleh ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) bersama mitranya, di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, sejak Agustus 2020 hingga akhir program mereka di akhir Maret 2022, telah merehabilitasi 100 meter persegi luasan wilayah ekosistem terumbu karang, 1000 meter persegi (setara) wilayah ekosistem Mangrove, dan 500 meter persegi wilayah ekosistem padang lamun.
COREMAP-CTI juga telah menguatkan sejumlah kelompok atau masyarakat setempat yang menjadi sasaran program terutama di 3 SAP (Suaka Alam Perairan) Raja Ampat yaitu SAP di Kepulauan Waigeo sebelat barat, SAP Kepulauan Raja Ampat, dan KKPD (Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Raja Ampat. Kapasitas mereka ditumbuhkan dan ditingkatkan melalui program livelihood (mata pencaharian) seperti inovasi pengolahan sumber daya alam setempat yang ramah lingkungan, serta penguatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang mendukung kelestarian lingkungan dalam sebuah aturan tertulis yang legal diakui pemerintah setempat.
Lebih spesifik lagi masyarakat setempat di sekitar 3 SAP ini juga ditingkatkan kapasitasnya dalam pengembangan wisata berbasis jenis (spesies) pada biota laut yang dilindungi dan khas, yang selama ini menjadi tempat perlintasan, atau pemijahan di wilayah mereka. Masyarakat setempat kini menjadi edukator untuk wisata berwawasan ekologis di pusat-pusat informasi yang dibangun.
Sejak awal masyarakat setempat dan pemangku kebijakan selalu disertakan dalam proses program ini. Termasuk menjadi pengawas dalam menjaga kawasan wilayahnya sendiri dalam sebuah Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas). Bukan hanya itu saja ICCTF melalui COREMAP – CTI juga selalu menyertakan kelompok perempuan untuk terlibat dan dilibatkan secara aktif dalam segala elemen program ini.
“Program ini merupakan contoh praktik terbaik yang bagus sekali karena bisa menyelaraskan program kelestarian terumbu karang dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan namun juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan wisata ramah lingkungan yang edukatif. Karena itu kami berkomitmen dalam mendukung prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2020-2024, untuk bidang kemaritiman, perikanan, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup,” jelas Sri Yanti JS, Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas (Badan Perencana Pembangunan Nasional) dalam Press Release yang dikeluarkan pada acara, “Workshop Diseminasi Program dan Exit Strategi COREMAP-CTI Bank Dunia, di Sorong, Papua Barat, 24/3/22.
Sri Yanti juga berharap program COREMAP-CTI yang akan berakhir pada Maret 2022 ini jangan sampai berhenti keberlanjutannya. Karena itu diperlukan komitmen semua pihak, terutama pemangku kebijakan setempat untuk selalu mendukung yang telah diupayakan bersama.
“Diperlukan juga adanya jaminan, dan perhatian terkait dengan proses transfer pengetahuan, asct, keberlanjutan kegiatan, yang memerlukan pendampingan setelah program selesai. Semua proscs harus melibatkan banyak pihak. Kita tidak ingin begitu program ini sclesai, berhenti pula keberlanjutannya. Jangan sampai terjadi, karena Raja Ampat strategis dan penting posisiya bagi keberlnjutan ekosistem pesisir yang lebih baik untuk Indonesia dan dunia,” tandas Sri Yanti
Peningkatan kapasitas masyarakat setempat, dan kelompok perempuan untuk keberlanjutan
Sementara itu, Tonny Wagey, Direktur ICCTF dalam kesempatan yang sama menambahkan, program COREMAP-CTI bukan hanya fokus pada melestarikan dan melindungi keanekaragaman hayati terumbu karang dan ekosistem pesisir lainnya, tetapi juga mengedepankan kemanusiaan. Karena program kami selalu berbasis pada kebutuhan masyarakat setempat. Dari Bappenas pun, mendorong setiap program ICCTF harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan impelementasinya berbasis masyarakat
Tonny menambahkan, seiring mulai dibukanya kembali perbatasam setelah pandemik COVID19 yang kasusnya dianggap telah melandai secara global, maka bisa jadi lebih banyak lagi wisatawan yang datang menjelajah Raja Ampat. Wisatawan yang memburu spot-spot menakjubkan Raja Ampat namun tidak punya pengetahuan bahwa kawasan ini perlu diperlakukan dengan kehati-hatian. Data Layanan Usaha Daerah (BLUD) Kabupaten Raja Ampat, seperti dikutip berbagai media (02/01/2020), menyebutkan kunjungan wisatawan ke Raja Ampat baik lokal, nasional maupun internasional kurang lebih mencapai 32.000 orang, Meski pada masa COVID-19 terjadi penurunan wisatawan secara tajam.
“Karena itu COREMAP-CTI, juga mengembangkan wisata spesies, pusat-pusat informasi, yang semuanya dikelola, dikembangkan, dan dipelihara masyarakat setempat. Masyarakat jugalah yang menjadi edukatornya,” jelas Tonny.
Kegiatan COREMAP-CTI dana hibah Bank Dunia ini selain dilakukan di Papua Barat juga dilakukan di Nusa Tenggara Timur. Di Papua Barat program ini diimplementasikan melalui kerja sama dengan 5 mitra yaitu Yayasan Terangi, YAPEKA, Yayasan Reef Check Indonesia,PKSPLIPB, dan PILI Green Movement. Program ini juga dikoordinasikan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta pemerintah daerah setempat melalui dinas terkait. (**/sya)
Komentar