SORONG, PBD – Diusia senjanya yang telah mencapai 81 tahun, Muhammad Nur tak memikirkan harta atau warisan pribadi. Ia hanya memiliki satu keinginan sederhana namun mulia, menyaksikan tanah miliknya seluas 1 hektar bermanfaat bagi umat sebelum ajal menjemput.
Tanah yang terletak di kawasan Jalan Bandara, Kabupaten Sorong, itu resmi diwakafkan untuk pembangunan rumah ibadah. Muhammad Nur berharap, lahan yang selama ini Ia rawat dengan penuh cinta, dapat menjadi tempat sujud, dzikir, dan pengikat silaturahmi masyarakat sekitar.
“Saya hanya ingin melihat tanah ini dipakai untuk sesuatu yang abadi, untuk ibadah, untuk masyarakat. Kalau saya sudah tidak ada, biarlah tanah ini terus mengalirkan kebaikan,” ujar Muhammad Nur dengan suara bergetar namun penuh keyakinan.
Niat mulia ini tidak Ia perjuangkan sendiri. Kopral Dua (Kopda) Yuldi Pomeo, anggota TNI dari Koramil 01 Sortim / Korem 181 Sorong dan juga salah satu tokoh berpengaruh di kompleks pasar Remu itu hadir memfasilitasi proses wakaf ini bersama pihak keluarga dan tokoh masyarakat. Yuldi Pomeo secara aktif membantu memperlancar komunikasi, legalitas, dan koordinasi teknis agar tanah wakaf ini segera bisa dimanfaatkan.
“Ini bagian dari tugas kami sebagai prajurit yang didasari dan dibekali dengan Santi Aji 8 Wajib TNI, yang mana siap memelopori usaha usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya,” ujar Yuldi saat ditemui di kediaman anak Muhammad Nur kompleks Pasar remu.
Lanjut Yuldi bahwa sebagai anggota Korem 181, Ia pun membantu maksud dan tujuan Muhammad Nur yang merupakan masyarakat biasa dan awam dalam urusan wakaf.
“Apalagi hal ini dalam urusan ibadah, sehingga kepercayaan ini adalah kehormatan bagi kami,” ujar Yuldi Pomeo.
Lebih dari sekadar membantu, keterlibatan TNI dalam proses ini adalah wujud nyata pengabdian kepada rakyat. Pembangunan Rumah Ibadah ini juga menjadi simbol kolaborasi antara warga, tokoh masyarakat, dan aparat yang tulus hadir bukan hanya dalam keamanan, tapi juga dalam kemanusiaan.
Muhammad Nur sendiri merasa lega. Harapannya sederhana agar semasa hidup, ia dapat menyaksikan tanahnya menjadi tempat yang menumbuhkan kebaikan.
“Saya tidak punya banyak. Tapi saya ingin berikan yang terbaik sebelum Allah panggil saya pulang,” ucapnya lirih.
Bagi Muhammad Nur, menyaksikan Rumah Ibadah berdiri di atas tanahnya akan menjadi penutup hidup yang sempurna.
Semoga cita-cita Muhammad Nur segera terwujud, dan masjid di atas tanah wakaf itu menjadi cahaya yang tak padam di penghujung usia beliau. (Oke)
Komentar