Bhineka Tunggal Ika Warnai Pelepasan Siswa Kelas IX SMPN 4 Manokwari

“Pemandangan Bhinneka Tunggal Ika tampak hari ini disini. Pakaian adat dari berbagai daerah terlihat disini seperti Indonesia Mini. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, karena suasana pandemi, acara berkumpul seperti ini terpaksa tidak dilakukan. Acara ini juga bisa terlaksana karena Bapak/Ibu membayar dana iuran Komite Sekolah.” Ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Manokwari, Hendrik Demih, S.Th., M.M.

MANOKWARI, PAPUA BARAT – Aula Serbaguna SMP Negeri 4 Manokwari itu tampak dipenuhi oleh para tamu undangan, begitu juga tenda yang sengaja didirikan di depannya. Tampak para siswa dengan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia duduk disana. Ciri “Indonesia Mini” seolah sedang berlangsung di lembaga pendidikan kebanggaan masyarakat Suku Arfak di Distrik Manokwari Selatan, Manokwari, Papua Barat, Kamis (8/6/23).

Tampak di bagian depan aula, sebuah spanduk terpasang di dinding. Sebuah podium dengan hiasan bunga artifisial pun dipasang di pojok sebelah kanan. Sementara bunga-bunga lainnya dipasang pada bagian sebelah kiri. Backdrop acara itu bertuliskan: Perpisahan dan Pelepasan SMP Negeri 4 Manokwari Tahun Ajaran 2022/2023 dan tema “Teruslah Belajar Sebagai Bekal Mewujudkan Cita-Citamu Dengan Diiringi Doa Orang tuamu dan Gurumu”.

Seperangkat kursi sofa yang berbentuk panjang pun diletakkan di bagian depan. Sedangkan kursi lipat berwarna biru berada di belakangnya disusul oleh bangku kayu yang ditata menjadi tiga banjar dengan pola dua-dua saf. Dari penataan tersebut dapat diketahui, bahwa kursi sofa itu diperuntukkan bagi tamu undangan khusus, sedangkan kursi lipat untuk para guru dan bangku kayu untuk para orang tua atau wali siswa.

Acara Perpisahan dan Pelepasan tersebut dibuka dengan doa oleh Ilyas Wugaje, S.Pd.I., seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) asal Suku Kokoda, Kab. Sorong Selatan. Mengenakan pakaian batik coklat gelap, alumni salah satu perguruan tinggi di Kota Paris van Java tersebut menyampaikan doa dalam bahasa Indonesia ala Islam.

Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” kemudian berkumandang di ruangan berukuran sekitar 300 meter persegi itu. Para hadirin menyanyikan lagu ciptaan Wage Rudolf Soepratman itu sambil berdiri dengan posisi tegak. Setelah usai, Lagu “Tanah Papua” pun dinyanyikan masih dalam posisi berdiri. “Disana pulauku yang kupuja slalu, Tanah Papua pulau indah …”

Setelah itu pembawa acara mempersilakan perwakilan siswa Kelas IX menyampaikan kesan dan pesannya. Maigumi Napo, siswi Kelas IX A itupun menyampaikan ucapan terimakasih kepada para guru atas dedikasinya dalam mendidik dan memberikan pelajaran di sekolah. “Begitu juga untuk orang tua yang telah memberikan dukungan sehingga akhirnya bisa melewati pendidikan di sekolah ini,” ungkapnya.

Berikutnya adalah sambutan dari Ketua Komite SMP Negeri 4 Manokwari, Fritz Deksi Kayai. Mengenakan pakaian dinas tentara dengan tanda pangkat letnan satu (Lettu), lelaki asal Serui itu menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mensukseskan pendidikan dan proses pembelajaran tahun ajaran 2022/2023 sehingga sampai pada acara ini.

Sambutan terakhir adalah dari Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Manokwari, Hendrik Demih, S.Th., M.M. Abdi Setia Negara (ASN) yang hampir 20 tahun pernah ditugaskan di Distrik Warmare itupun juga menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak. “Bhinneka Tunggal Ika seolah sedang terwujud di sekolah kita, saat ini. Berbagai pakaian adat terlihat di tempat ini,” ungkapnya.

Menurut Sarjana Theologia tersebut, dari sebanyak 170-an siswa, hanya dua siswa saja yang tidak mengikuti ujian dan otomatis tidak lulus. Sedangkan selebihnya dinyatakan lulus. “Hanya, ada siswa yang rajin, ada juga siswa yang malas. Agar para orang tua dapat memberikan motivasi untuk siswa yang malas sehingga dalam jenjang pendidikan berikutnya,” harapnya.

Kepala Sekolah kemudian melepas atribut dua orang perwakilan siswa dan siswi sebagai tanda bahwa mereka sudah dilepas dan dikembalikan kepada orang tuanya masing-masing. Topi dan dasi kedua siswa-siswi itu dilepas dan dikembalikan ke pihak sekolah. Sedangkan keduanya dikembalikan kepada orang tua/wali yang juga turut mendampingi.

Acara berikutnya adalah kreasi persembahan siswa. Selain nyanyian bertema penghargaan terhadap para “pahlawan tanpa tanda jasa”, juga beberapa tampilan tarian adat “Tumbuk Tanah” khas Suku Arfak dan tarian dansa Suku Biak. Tampak para siswa tersebut mengenakan pakaian adat sukunya masing-masing dengan rumbai bulu burung khas Papua menghiasi kepala.

Usai tampilan kreasi persembahan siswa, pembagian surat kelulusan pun dilakukan. Tahap pertama adalah Kelas IX A dengan menyebutkan satu per satu nama siswa. Siswa yang namanya disebutkan kemudian mendekat ke wali kelasnya didampingi orang tua/wali untuk menerima surat kelulusan. Tampak wajah-wajah tegang siswa saat menerima surat kelulusan dalam amplop tertutup itu.

Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Anggota Komite Sekolah

Komentar